Isi kandungan yang terdapat di dalam Alquran pada Surah Al Hujurat Ayat 13 adalah mengenai kedudukan manusia di sisi Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā.
Di dalam surat Al Hujurat ayat 13 dijelaskan bahwa, orang yang paling mulia di sisi Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā bukanlah orang yang paling banyak hartanya, bukan dari golongan konglomerat, bukan yang cantik rupawan, bukan yang tinggi jabatannya, bukan pula yang berasal dari keturunan Arab atau bangsawan.
Melainkan orang yang paling mulia di sisi Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā adalah orang yang paling bertakwa.
Site: Bina Qurani Islamic School, Image: Al Hujurat Ayat 13, Source: Photo From Chanikarn Thongsupa Rawpixel
Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā berfirman dalam QS. Al Hujurat ayat 13, yang berbunyi:
يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
(Yaa ayyuhannaasu innaa kholaqnaa-kum min-dzakarin wa un-tsa waja-‘al naa-kum syu-‘uuban wa qobaa-ila lita-‘aa rofuu inna akroma-kum ‘indallahi atqoo-kum innallaaha ‘aliimun khobiir.)
Artinya:
“Wahai manusia! Sesungguhnya, Kami (Allah) telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti.” (QS. Al Hujurat Ayat 13 Surah ke 49)
Imam Ath-Thobari Raḥimahullāh berkata,
“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian wahai manusia adalah yang paling tinggi ketakwaannya kepada Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā, yaitu kalian yang menunaikan berbagai kewajiban dan menjauhi segala kemaksiatan. Bukanlah yang paling mulia dilihat dari rumahnya yang megah atau berasal dari keturunan yang mulia.”
Site: Bina Qurani Islamic School, Image: Al Hujurat Ayat 13, Source: Photo From Alena Darmel Pexels
Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā berfirman:
يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا
(Yaa ayyuhannaasu innaa kholaqnaa-kum min-dzakarin wa un-tsa waja-‘al naa-kum syu-‘uuban wa qobaa-ila lita-‘aa rofuu … )
Artinya:
“Wahai manusia! Sesungguhnya, Kami (Allah) telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal …” (QS. Al Hujurat Ayat 13)
Di dalam ayat di atas Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā menceritakan kepada manusia bahwa Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā telah menciptakan manusia dari diri yang satu kemudian darinya Allah menciptakan pasangannya (yaitu Adam dan Hawa). Kemudian Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā menjadikan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku.
Masing-masing manusia dinisbatkan kepada kabilah-kabilahnya (suku dan bangsanya) agar mereka saling mengenal. Dikatakan, misalnya seperti: “Fulan bin Fulan dari Kabilah yang itu atau bangsa yang itu.”
Site: Bina Qurani Islamic School, Image: Al Hujurat Ayat 13, Source: Photo From Masjid Pogung Dalangan Unsplash
Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam memerintahkan umatnya untuk mempelajari nasabnya, agar dapat menjalin silaturahmi antar keluarga yang satu dengan keluarga yang lainnya.
Abu Hurairah Raḍiallāhu ‘Anhu meriwayatkan hadis bahwa Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
تَعَلَّمُوا مِنْ أَنْسَابِكُمْ مَا تَصِلُونَ بِهِ أَرْحَامَكُمْ ، فَإِنَّ صِلَةَ الرَّحِمِ مَحَبَّةٌ فِي الأَهْلِ ، مَثْرَاةٌ فِي الْمَالِ ، مَنْسَأَةٌ فِي الأَثَرِ
“Pelajarilah nasab-nasab kalian untuk mempererat silaturahmi (hubungan keluarga) kalian, karena sesungguhnya silaturahmi itu menananmkan rasa cinta kepada kekeluargaan, memperbanyak harta, dan memperpanjang usia.” (HR. At-Tirmidzi)
Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā berfirman:
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
(Inna akroma-kum ‘indallahi atqoo-kum …)
Artinya:
“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa …” (QS. Al Hujurat Ayat 13)
Pada ayat di atas Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā menjelaskan bahwa sesungguhnya setiap manusia diciptakan dalam keadaan yang berbeda-beda. Namun yang paling utama di sisi Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā adalah ketakwaan seseorang, bukan kedudukannya atau karena keturunannya.
Site: Bina Qurani Islamic School, Image: Al Hujurat Ayat 13, Source: Photo From Wizdan Zacky Fauzan Unsplash
Dalam hal ini Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda mengenai orang yang paling mulia di sisi Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā.
Abu Hurairah Raḍiallāhu ‘Anhu meriwayatkan hadis bahwa Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
أَيُّ النَّاسِ أَكْرَمُ قَالَ أَكْرَمُهُمْ عِنْدَ اللهِ أَتْقَاهُمْ
“Orang yang paling mulia di antara mereka di sisi Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā adalah orang yang paling bertakwa …” (HR. Bukhori)
Berdasarkan hadis yang lain riwayat dari Imam Muslim, disebutkan bahwa Abu Hurairah Raḍiallāhu ‘Anhu meriwayatkan hadis bahwa Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
“Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa kalian dan harta kalian, tetapi Allah memandang kepada hati dan amal perbuatan kalian.” (HR. Muslim)
Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā berfirman:
إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
(Innallaaha ‘aliimun khobiir.)
Artinya:
“Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti.” (QS. Al Hujurat Ayat 13)
Pada ayat di atas dijelaskan bahwa sesungguhnya Allah Maha Mengetahui seluruh manusia dan mengenal semua urusannya. Maka Allah memberikan petunjuknya kepada siapa saja yang Dia kehendaki dan menyesatkan siapa saja yang Dia kehendaki, memberikan rahmat-Nya kepada siapa saja yang dikhendaki dan memberi azab kepada siapa saja yang Dia kehendaki.
Dialah Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā yang Maha Bijaksana, Maha Mengetahui dan Maha Mengenal semuanya itu.
Demikianlah isi kandungan yang terdapat pada QS. Al Hujurat ayat 13 beserta tafsir dari Imam Ibnu Katsir. Semoga bermanfaat.
Thumbnail Source: Photo From The Dancing Rain Unsplash
Artikel Terkait:
Hukum Bacaan Mad Jaiz Munfashil