Menurut al-Nawāwī[1] dan Ibnu Rajab al-Ḥanbalī[2] bahwa al-Khulafā’ al-Rāshidūn adalah ’Abū Bakr al-Ṣiddīq, ‘Umar ibn al-Khaṭāb, ‘Uthmān ibn ‘Affān, dan ‘Alī ibn ’Abī Ṭālib. Al-Nawāwī menegaskan bahwa mereka berempat merupakan al-Khulafā’ al-Rāshidūn berdasarkan ijmak. al-Suyūṭī mengatakan bahwa sebagian ulama berpendapat bahwasannya al-Hasan ibn ‘Alī ibn ’Abī Ṭālib termasuk salah satu al-Khulafā al-Rāshidūn berdasarkan hadis yang menyatakan masa khilafah itu selama 30 tahun, setelah itu adalah kerajaan, dan mundurnya al-Hasan dari kekhalifahan pada bulan Rabi’ul Awwal tahun 41 H itu genap 30 tahun sejak wafatnya Nabi S.A.W..[3]
Ibnu Kathīr menukil pendapat sebagian ulama lainnya yang berpandangan bahwa ‘Umar ibn ‘Abd al-Azīz termasuk al-Khulafā’ al-Rāshidūn berdasarkan nash dan keadilan yang ditegakkannya. Bahkan, Ibnu Kathīr menukil perkataan Ahmad ibn Hambal yang menyatakan bahwa tidak ada satu pun dari generasi tābi’in yang perkataannya hujjah selain ‘Umar ibn Abd al-Azīz.[4] Dengan demikian, yang disepakati oleh para ulama sebagai al-Khulafā’ al-Rāshidūn adalah ’Abū Bakr al-Ṣiddīq, ‘Umar ibn al-Khaṭāb, ‘Uthmān ibn ‘Affān, dan ‘Alī ibn ’Abī Ṭālib. Karenanya, pembahasan pada kajian ini hanya terbatas pada mereka berempat yang sudah disepakati berdasarkan ijmak.
Al-Khulafā’ al-Rāshidūn meneruskan kepemimpinan umat Islam setelah wafatnya Rasulullah S.A.W.. Mereka sangat istimewa dibandingkan para khalifah lainnya dikarenakan mereka mengikuti Rasulullah S.A.W. dalam pemahaman dan pengamalan agama Islam serta dalam pelaksanaan kepemimpinan. Periode al-Khulafā’ al-Rāshidūn selama 30 tahun berdasarkan hadis.[5]
Site: Bina Qurani Islamic Boarding School, Image: Al-Khulafā’ Al-Rāshidūn, Source: Photo by Thirdman Pexels
Ibnu Kathīr merinci masing-masing peridoe yang dimaksud 30 tahun dalam hadis, yaitu ’Abū Bakr al-Ṣiddīq r.a. memerintah selama 2 tahun 4 bulan 10 hari, ‘Umar ibn al-Khaṭāb r.a. memerintah selama 10 tahun 6 bulan 4 hari, ‘Uthmān ibn ‘Affān r.a. memerintah selama 12 tahun kurang 12 hari, ‘Alī ibn ’Abī Ṭālib r.a. memerintah selama 5 tahun kurang 2 bulan, dan Ḥasan ibn ‘Alī r.a. memerintah selama 6 bulan. al-Hasan mundur dari kekhalifahan pada bulan Rabī’ al-’Awwal tahun 41 H. Sehingga genaplah 30 tahun sejak wafatnya Nabi S.A.W.[6]
==========
[1] Yaḥya ibn Sharaf al-Nawāwī, Sharḥ Matn al-’Arba’īn al-Nawāwiyyah, (Damaskus: Maktabah Dār al-Fatḥ, 1984), 81. Yaḥya ibn Sharaf al-Nawāwī, Ṣaḥīḥ Muslim Bisharhi al-Imām al-Nawāwī, Taḥqīq Muhammad Bayyūmi, (al-Qāhirah: Dār al-Ghad al-Jadīd, 2007), 16, 17.
[2] ‘Abd al-Raḥmān ibn Rajab al-Ḥanbalī, Jāmi’ al-‘Ulūm al-Hikam Fi Sharhi Khamsīn Hadīthan Min Jawāmi’ al-Kalim, Taḥqīq Muhammad al-’Aḥmad ’Abū al-Nūr, (al-Qāhirah: Dār al-Salām, 1998), 2, 775.
[3] ‘Abd al-Raḥmān ibn ’Abī Bakr al-Suyūtī, Tārīkh al-Khulafā’, (al-Qāhirah: Dār al-Minhāj, 2013), 73.
[4] ’Abū al-Fidā’ Ismā’īl ibn ‘Umar ibn Kathīr, al-Bidāyah Wa al-Nihāyah, (Beirūt: Dār Ibn Kathīr, 2010), 6, 296.
[5] Safīnah r.a. meriwayatkan hadis bahwa Rasulullah S.A.W. bersabda:
الْخِلَافَةُ ثَلَاثُونَ عَامًا ثُمَّ يَكُونُ بَعْدَ ذَلِكَ الْمُلْكُ
“Masa khilafah itu selama 30 tahun. Setelah itu adalah kerajaan.” (HR. ‘Aḥmad).
[6] ’Abū al-Fidā’ Ismā’īl ibn ‘Umar ibn Kathīr, al-Bidāyah Wa al-Nihāyah, (Beirūt: Dār Ibn Kathīr, 2010), 6, 295-296.
Rincian periode kekhilafahan tersebut mungkin saja berbeda, Misalnya sebagaimana yang dijelaskan ‘Uthmān al-Khamīs, dia mengatakan bahwa menurut para ahli sejarah, ’Abū Bakr r.a. memerintah selama 2 tahun 3 bulan, ‘Umar r.a. memerintah selama 10 tahun 2 bulan, ‘Uthmān r.a. memerintah selama 12 tahun 4 bulan, ‘Alī ibn ’Abī Ṭālib r.a. memerintah selama 4 tahun 9 bulan, dan Hasan ibn Ali memerintah selama 6 bulan. Beliau menukil penjelasan Ibnu Katsir dari kitab al-Bidāyah wa al-Nihāyah bahwa al-Hasan mundur dari kekhalifahan pada bulan Rabi’ul Awwal tahun 41 H. Sehingga genaplah 30 tahun sejak wafatnya Nabi S.A.W.. Lihat, ‘Uthmān ibn Muhammad al-Khamīs, Ḥuqbah Min al-Tārīkh, (Iskandariyah: Dār al-Imān, 1999), 46-112.
Dikutip dari: Dr. Ghifar, Lc., M.E.I., Konsep dan Implementasi Keuangan Negara pada Masa Al-Khulafa Al-Rashidun, (Cirebon: Nusa Literasi Inspirasi, 2020), 85-86.
Thumbnail Source: Photo by Miguel Pexels
Artikel Terkait:
Keuntungan Perusahaan Negara