Sesungguhnya seluruh alam semesta ini baik langit, bumi, planet, bintang, hewan, pepohonan, daratan, lautan, malaikat, jin, maupun manusia, semuanya tunduk kepada Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā dan patuh kepada perintah kauniyah-Nya.
Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā berfirman,
أَفَغَيْرَ دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ
Artinya:
“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang ada di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa.” (QS. Ali Imran [03]: 83)
Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā juga berfirman,
بَلْ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ كُلٌّ لَهُ قَانِتُونَ
Artinya:
“Bahkan apa yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah, semua tunduk kepada-Nya.” (QS. Al-Baqarah [02]: 116)
Site: Bina Qurani Islamic School. Image: Alam Semesta Tunduk dan Patuh Kepada Allah, Source: Photo by Pixabay From Pexels
Dalam ayat lain, Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā juga berfirman,
وَلِلَّهِ يَسْجُدُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مِنْ دَابَّةٍ وَالْمَلَائِكَةُ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ
Artinya:
“Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan semua makhluk yang melata di bumi dan juga para malaikat, sedang mereka malaikat tidak menyombongkan diri.” (QS. An-Nahl [16]: 49)
Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā berfirman,
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَسْجُدُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ وَالنُّجُومُ وَالْجِبَالُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ وَكَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ
Artinya:
“Apakah kamu tiada menetahui bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata, dan sebagian besar daripada manusia?” (QS. Al-Hajj [22]: 18)
Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā juga berfirman,
وَلِلَّهِ يَسْجُدُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَظِلَالُهُمْ بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ
Artinya:
“Hanya kepada Allahlah sujud patuh segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa dan sujud pula banyang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari.” (QS. Ar-Ra’d [13]: 15)
Site: Bina Qurani Islamic School. Image: Alam Semesta Tunduk dan Patuh Kepada Allah, Source: Photo by Pixabay From Pexels
Seluruh benda alam semesta ini tunduk kepada Allah, patuh kepada kekuasann-Nya, serta berjalan menurut kehendak dan perintah-Nya. Tidak satupun makhluk yang mengingkari-Nya. Semua menjalankan tugas dan perannya masing-masing serta berjalan menurut aturan yang sangat sempurna. Penciptanya sama sekali tidak memiliki sifat kurang, lemah, dan cacat.
Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā berfirman,
تُسَبِّحُ لَهُ السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ وَالْأَرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَكِنْ لَا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ
Artinya:
“Langit yang tujuh, bumi, dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka.” (QS. Al-Isra [17]: 44)
Seluruh makhluk ini baik yang berbicara maupun tidak, yang hidup maupun yang mati, semuanya tunduk kepada perintah kauniyah Allah. Semuanya menyucikan Allah dari segala kekurangan dan kelemahan, baik secara keadaan maupun ucapan.
Setiap kali orang yang berakal merenungkan makhluk-makhluk ini, maka ia akan tahu bahwa semua itu diciptakan dengan hak dan untuk yang hak. Bahwa ia diatur dan tidak ada pengaturan yang keluar dari aturan Penciptanya. Semua meyakini Sang Pencipta dengan fitrahnya.
Imam Ibnu Taimiyah menuturkan bahwa mereka tunduk menyerah, pasrah, dan terpaksa dari berbagai segi, di antaranya:
Seorang mukmin tunduk kepada perintah Allah secara ridha dan ikhlas. Begitu pula ketika mendapatkan cobaan, ia sabar menerinmanya, ia tunduk dan patuh dengan ridha dan ikhlas.
Site: Bina Qurani Islamic School. Image: Alam Semesta Tunduk dan Patuh Kepada Allah, Source: Photo by Marco Milanesi From Pexels
Sedangkan orang kafir, maka ia tunduk kepada perintah Allah yang bersifat kauni (sunatullah). Adapun maksud sujudnya alam dan benda-benda adalah ketundukan mereka kepada Allah. Masing-masing benda bersujud menurut cara yang sesuai baginya dan mengandung makna tunduk kepada Ar-Rabb. Bertasbihnya masing-masing benda adalah hakiki, bukan majazi.
Dalam menafsirkan firman Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā,
أَفَغَيْرَ دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ
Artinya:
“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka mupun terpaksa dan hanya kepada Allah-lah mereka dikembalikan.” (QS. Ali Imran [03]: 83)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa Allah menyebutkan ketundukan benda-benda secara sukarela dan terpaksa, karena sluruh makhluk wajib beribadah kepada-Nya dengan penghambaan yang umum, tidak peduli apakah ia mengakui-Nya atau mengingkari-Nya. Mereka semua tunduk dan diatur. Mereka patuh dan pasrah kepada-Nya secara rela maupun terpaksa.
Tidak ada satupun dari makhluk ini yang keluar dari kehendak, takdir, dan qadha’-Nya. Tidak ada daya dan upaya kecuali dengan izin Allah. Dia adalah Pencipta, Penguasa, dan Pemilik alam semesta. Dia bebas berbuat terhadap ciptaan-Nya sesuai dengan kehendak-Nya.
Semua adalah ciptaan-Nya, diatur, diciptakan, diberi fitrah, membutuhkan, dan dikendalikan-Nya. Dialah yang Mahasuci, Mahaesa, Mahaperkasa, Pencipta, Pembuat, dan Pembentuk.
Dikutip dari: Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, Aqidatut Tauhid Kitabut Tauhid lis-Shaff Al-Awwal – Ats-Tsalis – Al-Aly. Edisi terjemah: Alih Bahasa Syahirul Alim Al-Adib, Lc., Kitab Tauhid, (Jakarta: Ummul Qura, 2018), 26-29.
Thumbnail Source: Photo by Pixabay From Pexels
Artikel Terkait:
Sanggahan Terhadap Pandangan Bathil