Generic selectors
Exact matches only
Search in title
Search in content
Post Type Selectors

Amalan yang Diharamkan Bagi Wanita Haidh

Bina-Qurani-Amalan-yang-Diharamkan-Bagi-Wanita-Haidh
Amalan yang Diharamkan Bagi Wanita Haidh

Wanita yang sedang haidh maupun nifas diharamkan baginya untuk melakukan berbagai amal ibadah. Di antara amalan yang diharamkan bagi wanita haidh dan nifas, yaitu:

1. Shalat

Para ulama sepakat mengharamkan wanita yang sedang haidh dan menjalani nifas untuk mengerjakan shalat. Mereka pun sepakat atas gugurnya kewajiban shalat dari wanita tersebut dan ia tidak wajib mengqadha shalatnya setelah suci.

Diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri Raḍiallāhu ‘Anhu bahwa Nabi Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:

“Bukankah wanita yang sedang haidh tidak boleh mengerjakan shalat dan puasa? Inilah bukti kekurangan pada perkara agamanya.” (HR. Bukhari Muslim)

Diriwayatkan dari Mu’adzah, ia menceritakan bahwa seorang wanita bertanya kepada ‘Aisyah, “Apakah salah seorang dari kami harus menqadha shalatnya apabila telah suci?” ‘Aisyah menjawab, “Apakah engkau seorang haruriyah? Ketika Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam masih hidup, kami pun mengalami haidh, tetapi beliau tidak memerintahkan kami mengqadha shalat (setelah suci).” Atau ‘Aisyah berkata, “Kami tidak melakukannya (tidak mengqadha shalat).” (HR. Bukhari Muslim)

Bina-Qurani-Amalan-yang-Diharamkan-Bagi-Wanita-Haidh

Site: Bina Qurani Islamic Boarding School, Image: Amalan yang Diharamkan Bagi Wanita Haidh, Source: Photo by Samer Peter Pexels

2. Puasa

Para ulama sepakat bahwa seorang wanita yang mengalami haidh atau nifas diharamkan berpuasa, akan tetapi ia wajib mengqadha puasa Ramadhan. ‘Aisyah Raḍiallāhu ‘Anhā berkata, “Kami mengalami haidh, kemudian kami diperintahkan mengqadha puasa dan tidak diperintahkan mengqadha shalat.”

Catatan:

  • Apabila seorang wanita yang haidh telah suci dari haidhnya sebelum fajar dan ia belum mandi, apakah ia harus berpuasa? Jawabannya bahwa apabila wanita yang haidh telah suci sebelum fajar dan ia telah berniat puasa, maka puasanya sah, karena sahnya puasa tidak tergantung pada mandinya, berbeda dengan shalat. Demikian menurut pendapat jumhur ulama.
  • Apabila wanita yang haidh telah bersih sebelum tenggelamnya matahari, apakah ia harus berpuasa untuk sisa harinya? Jawabnya, tidak diwajibkan baginya berpuasa pada sisa harinya, karena ia telah berbyka sejak pagi hari. Ia wajib mengqadha puasa hari itu di hari yang lain.
3. Jima’ atau Berhubungan Badan

Diharamkan mencampuri wanita haidh pada kemaluannya menurut kesepakatan para imam, sebagaimana Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā telah mengharamkannya dengan firman-Nya:

فَاعْتَزِلُوا النِّسَاءَ فِي الْمَحِيضِ

Artinya:

“Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh.” (QS. Al-Baqarah: 222)

Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:

“Lakukanlah segala sesuatu kecuali jima (hubungan badan).” (HR. Muslim)

Faidah:

  • Jika seorang muslim meyakini halal atau bolehnya mendatangi wanita yang haidh pada kemaluannya, maka secara otomatis ia menjadi kafir dan murtad.
  • Bagian tubuh wanita haidh yang dilarang untuk dicumbui atau dinikmati adalah kemaluannya. Oleh karena itu, suami dibolehkan mencumbui isterinya dengan berbagai cara, kecuali hubungan badan.
  • Jika seorang isteri telah suci dari haidhnya, makai a tidak boleh bercampur dengan suaminya hingga ia mandi terlebih dahulu.
Bina-Qurani-Amalan-yang-Diharamkan-Bagi-Wanita-Haidh

Site: Bina Qurani Islamic Boarding School, Image: Amalan yang Diharamkan Bagi Wanita Haidh, Source: Photo by Paolo Peter

4. Thawaf

Diharamkan bagi wanita yang sedang haidh melaksanakan thawaf berdasarkan ijma’ ulama. Dasar mereka adalah hadits ‘Aisyah Raḍiallāhu ‘Anhā ketika ia mengalami haidh pada musim haji, Nabi Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam kemudian bersabda kepadanya:

“Lakukanlah sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang yang melaksanakan haji, hanya saja engkau tidak boleh thawaf di Ka’bah hingga engkau suci.” (HR. Bukhari)

Dikutip dari: Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim, Fiqhus Sunnah Lin Nisa’ Wama Yajibu an Ta’rifahu Kullu Muslimatin min Ahkam. Edisi terjemah: Alih Bahasa M. Taqdir Arsyad, Fikih Sunnah Wanita Panduan Lengkap Wanita Muslimah, (Bogor: Griya Ilmu, 2019), 061-066.

Thumbnail Source: Photo by Andy Peter Pexels

Artikel Terkait:
Yang Membatalkan Puasa

TAGS
#ihlas beramal #ikhlas beramal shalih #ikhlas beramal #ikhlas dalam beramal #ikhlas dalam beribadah #ikhlas ketika shalat #ikhlas #kiat-kiat ikhlas #niat yang ikhlas #pengertian ikhlas #pentingnya ikhlas beramal #urgensi ikhlas dalam islam
© 2021 BQ Islamic Boarding School, All Rights reserved
Login