Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa iman memiliki tujuh puluh sekian cabang. Cabang iman yang tertinggi adalah ucapan La ilaha illallah. Sedangkan cabang iman yang terendah adalah menyingkirkan bahaya dari tengah jalan.
Dari Abu Hurairah Raḍiallāhu ‘Anhu. Ia berkata bahwa Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda yang artinya:
“Iman itu ada 70 atau 60 sekian cabang, yang paling utama adalah ucapan La ilaha illallah, dan yang paling bawah tingkatannya ialah menyingkirkan bahaya seperti batu duri dan sejenisnya dari tengah jalan. Dan rasa malu termasuk cabang dari iman.” (HR. Muslim)
Dalam hadis lain Imam Muslim juga meriwayatkan hadis dari Abu Sa’id Al-Khudri, ia berkata bahwa,
“Aku pernah mendengar Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, hendaklah ia berusaha mengubahnya dengan tangannya. Bila tidak mampu maka dengan lisannya. Bila tidak mampu maka dengan hatinya. Dan itu adalah tanda iman yang paling lemah.” (HR. Muslim)
Site: Bina Qurani Islamic Boarding School, Image: Dampak Maksiat, Source: Photo by Meruyert Pexels
Dari dua hadis di atas dapat disimpulkan bahwa besar dan kecilnya cabang-cabang iman, baik yang berupa menjalankan perintah maupun menjauhi larangan tidaklah sama dan tentu memiliki tingkatan-tingkatan.
Demikian pula maksiat, suatu perbuatan yang keluar dari ketaatan. Ia juga berbeda-beda dan memiliki tingkatan-tingkatan. Maksiat adalah kebalikan dari taat, baik itu berupa meinggalkan perintah atau melanggar larangan.
Apabila kemaksiatan berupa pengingkaran dan pendustaan, maka ia dapat membatalkan keimanan sebagaimana penjelasan Allah tentang Fir’aun di dalam firman-Nya:
فَكَذَّبَ وَعَصَى (21)
Artinya:
“Tetapi Fir’aun mendustakan dan mendurhakai.” (QS. An-Naziat: 21)
Terkadang, tingkatan kemaksiatan bisa lebih rendah dari itu. Kemaksiatan tersebut tidak menyebabkan pelakunya keluar dari iman, tetapi ia menodai kesempurnaannya, kurang atau rusak.
Site: Bina Qurani Islamic Boarding School, Image: Dampak Maksiat, Source: Photo by Freepik
Barangsiapa yang melakukan dosa besar, seperti berzina, mencuri, meminum khamr, atau selainnya, tanpa meyakini kehalalannya, maka khasyyah (rasa takut), kekhusyukan dan cahaya yang ada di dalam hatinya akan hilang, meskipun di dalamnya masih ada akar pembenaran.
Apabila ia kembali pada Allah dan beramal shaleh, maka cahaya dan khasyyah-nya akan kembali lagi kepadanya. Namun, apabila ia terus bermaksiat maka kotoran di dalam hatinya juga akan semakin bertambah sampai menutupi hatinya juga akan semakin bertambah sampai menutupi hatinya. Naudzubillah. Akhirnya, ia tidak lagi mengetahui yang makruf dan tidak mengingkari yang mungkar.
Imam Ahmad dan selainnya meriwayatkan dari Abu Hurairah Raḍiallāhu ‘Anhu, ia berkata bahwa Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Apabila seorang mukmin berbuat dosa. Dosa itu akan menjadi noktah hitam di hatinya, apabila ia bertobat, berhenti darinya, dan memohon ampunan, maka hatinya akan kembali mengilap. Namun, bila dosanya bertambah, maka noktah hitam itu juga akan semakin bertambah dan menutupi hatinya. Itulah maksud penutup yang Allah sebutkan dalam Alquran:
كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (14)
Artinya:
“Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.” (QS. Al-Muthaffifin: 14)
Site: Bina Qurani Islamic Boarding School, Image: Dampak Maksiat, Source: Photo by David Mark Pixabay
Ada sebuah permisalan yang bisa memberikan gambaran pengaruh maksiat terhadap keimanan. Iman bagaikan sebuah pohon besar. Akar-akarnya adalah pembenaran atau tashdiq, dan dengan akar itu ia hidup. Cabang-cabangnya adalah amal shaleh, dan dengannya pula ia bisa tetap eksis dan hidup.
Apabila cabang-cabangnya bertambah, ia akan semakin bertambah besar dan sempurna. Namun, jika cabang-cabang berkurang, maka rusaklah pohon itu. Bila semakin berkurang dan tidak ada lagi satu cabang dan dahanpun, maka hilanglah nama pohon itu.
Jika akar-akarnya sudah tidak mampu lagi menumbuhkan batang dan dahan berdaun, maka akar itu akan mongering dan hancur di dalam tanah.
Demikian pula dengan kemaksiatan dalam kaitannya dengan pohon iman. Besar kecilnya, atau sedikit banyaknya akan mengurangi kesempurnaan dan keindahannya.
Thumbnail Source: Photo by Maciej C Pixabay
Artikel Terkait:
Siksa Kubur Setelah Kematian