Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā menampakkan semua amalan yang dilakukan manusia ketika hidup di dunia, dan memintanya untuk mengakuinya. Dia juga mengqishash satu sama lain dan memutuskan hukum di antara mereka. Dan itu semua sangat mudah bagi Allah.
Dalil-dalil mengenai hal ini banyak disebutkan di dalam Alquran dan As-Sunnah. Seperti firman Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā:
فَلَنَسْأَلَنَّ الَّذِينَ أُرْسِلَ إِلَيْهِمْ وَلَنَسْأَلَنَّ الْمُرْسَلِينَ (6)
Artinya:
“Maka sesungguhnya Kami akan menanyai umat-umat yang telah diutus rasul-rasul kepada mereka dan sesungguhnya Kami akan menanyai pula rasul-rasul Kami.” (QS. Al-A’raf: 6)
وَعُرِضُوا عَلَى رَبِّكَ صَفًّا لَقَدْ جِئْتُمُونَا كَمَا خَلَقْنَاكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ بَلْ زَعَمْتُمْ أَلَّنْ نَجْعَلَ لَكُمْ مَوْعِدًا (48)
Artinya:
“Dan mereka akan dibawa ke hadapan Rabbmu dengan berbaris. Sesungguhnya kamu datang kepada Kami sebagaimana Kami menciptakan kamu pada kalia pertama. Bahkan kamu mengatakan bahwa Kami sekali-kali tidak akan menetapkan bagi kamu waktu memenuhi perjanjian.” (QS. Al-Kahfi: 48)
إِنَّ إِلَيْنَا إِيَابَهُمْ (25) ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا حِسَابَهُمْ (26)
Artinya:
Sesungguhnya kepada Kami-lah kembali mereka. Kemudian sesungguhnya kewajiban Kami-lah menghisab mereka.” (QS. Al-Ghasyiyah: 25-26)
Site: Bina Qurani Islamic Boarding School, Image: Ditampakkannya Amal dan Hisab, Source: Photo by Maria Pexels
Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā sendirilah yang akan menghisab seluruh makhluk. Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari ‘Abdi bin Hatim, ia berkata bahwa Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, yang artinya:
“Tidak seorang pun dari kalian kecuali pasti akan diajak bicara oleh Rabbnya, tanpa penerjemah antara dia dengan-Nya. Bila ia melihat ke sebelah kanan, yang terlihat hanyalah amalan yang dulu ia kerjakan. Demikian pula bila ia melihat ke sebelah kiri, yang terlihat hanyalah perbuatannya. Dan bila ia melihat apa yang ada di hadapannya, maka yang terlihat hanyalah api neraka. Karena itu, takutlah kalian kepada Allah meski hanya dengan bersedekah separuh kurma.” (HR. Bukhari Muslim)
Ia kemudian diberi kitab berisi catatan amalan yang ditulis oleh para malaikat yang mengawasi Bani Adam agar setiap orang membacakan tulisan yang terdapat di dalamnya dan agar setiap orang mengetahui amal masing-masing. Allah mengabarkan mengenai hal ini dalam firman-Nya:
وَوُضِعَ الْكِتَابُ فَتَرَى الْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَاوَيْلَتَنَا مَالِ هَذَا الْكِتَابِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّا أَحْصَاهَا وَوَجَدُوا مَا عَمِلُوا حَاضِرًا وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا (49)
Artinya:
“Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yang tertulis di dalamnya, dan mereka berkata, ‘Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak pula yang besar, melainkan ia mencatat semuanya dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada tertulis. Dan Rabbmu tidak menganiaya seorangpun’.” (QS. Al-Kahfi: 49)
Setiap orang kemudian mengetahui kondisi dirinya, begitu juga semua orang ketika kitab catatan amal dibagikan. Barangsiapa yang diberi kitab catatan amalnya dari sisi kanan, berarti ia termasuk orang yang beruntung dan dihisab dengan mudah. Dan barangsiapa yang diberi kitab catatan amalnya dari sisi kiri, dari belakang punggungnya, berarti hisabnya sulit. Barangsiapa yang dimintai keterangan dalam hisabnya, ia pasti celaka.
Site: Bina Qurani Islamic Boarding School, Image: Ditampakkannya Amal dan Hisab, Source: Photo by Jakson Pexels
Di antara karunia dan kelembutan Allah terhadap orang-orang yang beriman, DIa tidak menginterogasi mereka ketika amalan mereka dihitung. Dia hanya memperlihatkan kepada mereka dan meminta mereka mengakuinya.
Yaitu, amalan mereka yang Dia tutupi ketika masih di dunia dan Dia tidak memperlihatkannya kepada orang lain di tempat itu padang mahsyar. Dia berfiman kepada orang-orang beriman, “Sungguh, Aku telah menutupi amalan itu di dunia, dan hari ini aku telah mengampuninya.”
Allah menghitung seluruh amalan makhluk, yang baik maupun yang buruk. Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā berfirman:
وَإِنَّهُ عَلَى ذَلِكَ لَشَهِيدٌ (7) وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ (8)
Artinya:
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarahpun, niscaya dia akan melihat balasannya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarahpun, niscaya dia akan melihat balasannya pula.” (QS. Az-Zalzalah: 7-8)
Setiap orang akan melihat seluruh amalan yang telah diperbuatnya. Ia tidak mungkin dapat memungkirinya. Sebab, bumi akan menjadi saksi, dan anggota badan juga akan berbicara. Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā berfirman:
وَالْعَادِيَاتِ ضَبْحًا (1) فَالْمُورِيَاتِ قَدْحًا (2) فَالْمُغِيرَاتِ صُبْحًا (3) فَأَثَرْنَ بِهِ نَقْعًا (4)
Artinya:
“Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan yang dahsyat. Dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat yang dikandungnya. Dan manusia bertanya, ‘Mengapa bumi menjadi begini?’ Pada hari itu bumi menceritakan beritanya.” (QS. Az-Zalzalah: 1-4)
Suasana kala itu sangat menakutkan. Maka, orang yang cerdik ialah yang mampu menundukkan hawa nafsunya kemudian beramal untuk kehidupan setelah mati. Sedang orang yang lemah ialah yang mengikuti hawa nafsu dan berharap banyak hal kepada Allah.
Dikutip dari: Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, Aqidatut Tauhid Kitabut Tauhid lis-Shaff Al-Awwal – Ats-Tsalis – Al-Aly. Edisi terjemah: Alih Bahasa Syahirul Alim Al-Adib, Lc., Kitab Tauhid, (Jakarta: Ummul Qura, 2018), 264-268.
Thumbnail Source: Photo by Samer Pexels
Artikel Terkait:
Siksa Kubur Setelah Kematian