Generic selectors
Exact matches only
Search in title
Search in content
Post Type Selectors

Fatwa Tentang Pajak

Bina-Qurani-Fatwa-Tentang-Pajak
Fatwa Tentang Pajak

Lembaga fatwa Saudi Arabia pada saat diketuai oleh ‘Abd al-‘Azīz ibn ‘Abd Allāh ibn Bāz telah mengeluarkan fatwa tentang pajak dengan nomor fatwa 4012. Kesimpulan fatwa tersebut menyatakan bahwa pengumpulan pajak impor dan ekspor termasuk kategori makūs yang diharamkan dalam Islam. Dalil-dalil yang dijadikan sebagai dasar argumentasi adalah dalil-dalil yang bersumber dari ayat-ayat dan hadis akan disebutkan oleh penulis setelah ini.[1]

Pendapat Ibnu Bāz, al-‘Uthaimīn, al-Albānī, al-Munajjid, dan diperkuat dengan komisi fatwa Saudi Arabia dengan nomor fatwa 4012 sebagaimana dalam kitab Fatāwa al-Lajnah al-Dā’imah cukup mewakili pandangan orang-orang yang mengatakan bahwa pajak yang banyak diterapkan pada zaman sekarang hukumnya haram dan kategorinya adalah maks yang disebutkan dalam hadis-hadis nabi. Penulis merangkum dalil-dalil lain yang digunakan oleh ulama-ulama yang mengharamkan pajak adalah sebagai berikut:

 يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلَّا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ وَلَا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا

“Wahai orang-orang beriman! Janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu.” (QS. An-Nisā’ [4]: 29)[2]

قال البخاري: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللهِ، حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا فُضَيْلُ بْنُ غَزْوَانَ، حَدَّثَنَا عِكْرِمَةُ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطَبَ النَّاسَ يَوْمَ النَّحْرِ فَقَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَيُّ يَوْمٍ هَذَا قَالُوا يَوْمٌ حَرَامٌ قَالَ فَأَىُّ بَلَدٍ هَذَا قَالُوا بَلَدٌ حَرَامٌ قَالَ فَأَىُّ شَهْرٍ هَذَا قَالُوا شَهْرٌ حَرَامٌ قَالَ فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ وَأَعْرَاضَكُمْ عَلَيْكُمْ حَرَامٌ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي بَلَدِكُمْ هَذَا.[3]

Al-Bukhārī berkata, “Telah menceritakan kepada kami ‘Alī ibn ‘Abd Allāh, dia berkata bahwa telah bercerita kepada saya Yaḥya ibn Sa’īd, dia berkata bahwa telah bercerita kepada kami Fuḍail ibn Gazwān, ia berkata bahwa telah bercerita kepada kami ‘Ikrimah yang dia riwayatkan dari Ibn ‘Abbās r.a. bahwa Rasulullah S.A.W. berkhutbah pada hari raya Idul Adha, beliau bersabda, “Wahai manusia! Hari apakah ini?” Para sahabat menjawab, “Ini hari haram (suci).” Beliau kembali bersabda, “Lalu negeri apakah ini?” Para sahabat menjawab, “Ini negeri haram (suci).” Rasulullah kembali bersabda, “Bulan apakah ini?” Para sahabat menjawab, “Ini bulan haram (suci).” Kemudian Rasulullah S.A.W. bersabda, “Sesungguhnya darah kalian, harta-harta kalian, dan kehormatan kalian adalah haram sesama kalian sebagaimana sucinya hari ini dan negeri ini.” (HR. al-Bukhārī No.1739)

Bina-Qurani-Fatwa-Tentang-Pajak

Site: Bina Qurani Islamic Boarding School, Image: Fatwa Tentang Pajak, Source: Photo by Gizem Pexels

قال أبو داود: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ النُّفَيْلِىُّ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَلَمَةَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْحَاقَ عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِى حَبِيبٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ شِمَاسَةَ عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ « لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ صَاحِبُ مَكْسٍ ».[4]

’Abū Dāwud berkata, “Telah menceritakan kepada kami ‘Abd Allāh ibn Muhammad al-Nufaily, ia mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Muhammad ibn Salamah, yang ia riwayatkan dari Muhammad ibn Ishāq, dari Yazīd ibn ’Abī Ḥabīb, dari ‘Abd al-Raḥmān ibn Shimāmah, dari ‘Uqbah ibn ‘Āmir, ia berkata, “Saya telah mendengar Rasulullah S.A.W. bersabda, “Tidak akan masuk Surga penarik harta maks.”

Dalam riwayat Muslim, Rasulullah S.A.W. bersabda:

مَهْلاً يَا خَالِدُ فَوَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لَقَدْ تَابَتْ تَوْبَةً لَوْ تَابَهَا صَاحِبُ مَكْسٍ لَغُفِرَ لَهُ.[5]

“Sabar wahai Khalid! Demi jiwaku yang berada di tangan-Nya, sesungguhnya wanita itu telah bertaubat yang seandainya penarik maks bertaubat semisal taubatnya niscaya dia pun diampuni.” (HR. Muslim)

 

==========

[1] ’Aḥmad ‘Abd al-Razzāq al-Duwais, Fatāwa al-Lajnah al-Dā’imah Lilbuhūth al-‘Ilmiyyah Wa al-Iftā’, (Riyāḍ: Dār al-Mu’ayyad, 1424), 23, 490-492.

[2] Yayasan Penyelenggara Penerjemah Alquran, Mushaf Alquran Terjemah, (Jakarta: al-Huda Kelompok Gema Insani, 2005), 84.

[3] Muhammad ibn Ismā’īl al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, Taḥqīq Wa Takhrīj ’Aḥmad Zahwah Wa ’Aḥmad ‘Ināyah, (Beirūt: Dār al-Kitāb al-‘Arabī, 2007), No.1739, 347-348.

[4] ’Abū Dāwud Sulaimān al-Sijistānī, Sunan ’Abī Dāwud, (Riyāḍ: Dār al-Salām, 1999), No.2937, 427.

[5] Muslim ibn al-Hajjāj al-Naisābūrī, Ṣaḥīḥ Muslim, Taḥqīq Wa Takhrīj ’Aḥmad Zahwah Wa ’Aḥmad ‘Ināyah, (Beirūt: Dār al-Kitāb al-‘Arabī, 2008), No.4432, 720-721.

 

Dikutip dari: Dr. Ghifar, Lc., M.E.I., Konsep dan Implementasi Keuangan Negara pada Masa Al-Khulafa Al-Rashidun(Cirebon: Nusa Literasi Inspirasi, 2020), 65-68.

Thumbnail Source: Photo by Gizem Pexels

Artikel Terkait:
Pengharaman Pajak Oleh ulama Kontemporer

TAGS
#ihlas beramal #ikhlas beramal shalih #ikhlas beramal #ikhlas dalam beramal #ikhlas dalam beribadah #ikhlas ketika shalat #ikhlas #Keuangan Islam #Keuangan Negara dalam Islam #Keuangan Publik #kiat-kiat ikhlas #niat yang ikhlas #Pajak #pengertian ikhlas #pentingnya ikhlas beramal #urgensi ikhlas dalam islam #Wakaf
© 2021 BQ Islamic Boarding School, All Rights reserved
Login