Hadits tentang akhlak mulia adalah hadits-hadits Nabi Muhammad Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam yang di dalamnya berisi tentang anjuran berperilaku baik atau berakhlak mulia. Selain berisi tentang anjuran untuk berperilaku baik, hadits tentang akhlak mulia juga biasanya berisi tentang keutamaan-keutamaan dari akhlak mulia itu sendiri.
Berkaitan dengan akhlak mulia, pada kesempatan kali ini kami akan sedikit memaparkan beberapa hadits tentang akhlak mulia. Namun sebelum pembahasan tentang beberapa hadits yang berisi tentang mulia, kami juga akan sedikit menjelaskan mengenai pengertian akhlak mulia.
Jadi poin pembahasan kami pada tulisan kali ini adalah terkait dua hal, yaitu:
Untuk lebih jelasnya, yuk kita simak!
Site: Bina Qurani Islamic School, Image: Hadits Tentang Akhlak Mulia, Source: Photo From Nav Photography Pexels
Secara bahasa, kata akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu Al-Khuluq yang artinya adalah tabiat, budi pekerti, dan kebiasaan. Sedangkan arti dari kata mulia, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah tinggi, terhormat, luhur, baik hati.
Jadi pengertian dari akhlak mulia adalah segala bentuk tabiat dan budi pekerti yang luhur yang dipraktikan dalam menjalani aktivitas sehari-hari dan merupakan suatu kebiasaan di dalam kehidupan seseorang.
Akhlak mulia adalah Akhlak Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam sebagaimana disebutkan di dalam Alquran pada Surat Al-Ahzab ayat 21 dan Surat Al-Qalam ayat 4.
Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā berfirman,
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Artinya:
“Sungguh telah ada pada diri Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam itu suri teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang-orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (QS. Al-Ahzab [33]: 21)
Di dalam Surat Al-Qalam Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā berfirman,
وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ
Artinya:
“Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berakhlak mulia (berbudi pekerti luhur.” (QS. Al-Qalam [68]: 4)
Berdasarkan dua ayat di atas, dijelaskan bahwa akhlak mulia merupakan akhlak dari Nabi Muhammad Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam. Maka, sebagai seorang muslim hendaknya kita menjadikan beliau sebagai teladan dalam berakhlak mulia.
Akhlak mulia merupakan kumplan sifat-sifat orang yang beriman, sebagaimana pula yang telah digambarkan oleh Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā dalam firman-Nya di dalam Alqur’an:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ (2) الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ (3) أُولَئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا لَهُمْ دَرَجَاتٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ (4)
Artinya:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hari mereka, dan apabula dibacakan pada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka karenanya dan kepada Rabblah mereka bertawakal, yaitu orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan Sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Rabbnya dan ampunan serta rizki atau nikmat yang mulia.” (QS. Al-Anfal [08]: 2-4)
Site: Bina Qurani Islamic School, Image: Hadits Tentang Akhlak Mulia, Source: Photo From Wizdan Zacky Fauzan Unsplash
Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā juga berfiman:
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ (1) الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ (2) وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ (3) وَالَّذِينَ هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُونَ (4) وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ (5) إِلَّا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ (6) فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاءَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ (7) وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ (8) وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ (9) أُولَئِكَ هُمُ الْوَارِثُونَ (10) الَّذِينَ يَرِثُونَ الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (11)
Artinya:
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki, maka yang sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang dibalik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat yang dipikulnya dan janjinya, dan orang-orang yang memelihara shalatnya. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, yakni surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya. (QS. Al Mu’minun [23]: 1-11)
Menemukan hadits tentang akhlak mulia, sejatinya bukanlah hal yang sulit. Terdapat banyak hadits tentang akhlak mulia yang diriwayatkan oleh para sahabat Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam.
Berikut ini adalah daftar hadits tentang akhlak mulia yang terdapat di dalam Arba’in Nawawi:
Di antara hadits tentang akhlak mulia yang terdapat di dalam Arba’in Nawawi adalah hadits tentang anjuran untuk memakan makanan yang halal. Hadits ini merupakan hadits kesepuluh Arba’in Nawawi.
Abu Hurairah Raḍiallāhu ‘Anhu meriwayatkan hadits bahwa Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda,
إِنَّ اللهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّباً، وَإِنَّ اللهَ أَمَرَ المُؤْمِنِيْنَ بِمَا أَمَرَ بِهِ المُرْسَلِيْنَ فَقَالَ {يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوْا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا} وَقَالَ تَعَالَى {يَا أَيُّهَا الذِّيْنَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ} ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيْلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ: يَا رَبِّ يَا رَبِّ، وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ ومشربه حرام وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ بِالحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لَهُ.رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Artinya:
“Sesungguhnya Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā itu baik, tidak menerima sesuatu kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Alah memerintahkan kepada kaum mukminin seperti apa yang diperintahkan kepada para Rasul. Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā berfirman, ‘Wahai para rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal shalih.’ (QS. Al-Mu’minun: 51). Dan Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā berfirman, ‘Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari rezeki yang baik yang Kami berikan kepadamu.’ (QS. Al-Baqarah: 172). Kemudian Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam menyebutkan seseorang yang lama bepergian, rambutnya kusut, berdebu, dan menengadahkan kedua tangannya ke langit, lantas berkata, ‘Wahai Rabbku, wahai Rabbku.’ Padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan ia dikenyangkan dari yang haram, bagaimana mungkin doanya bisa terkabul.” (HR. Muslim)
Site: Bina Qurani Islamic School, Image: Hadits Tentang Akhlak Mulia, Source: Photo From Rawpixel
Hadits tentang akhlak mulia yang terdapat di Arba’in Nawawi berikutnya adalah hadits tentang anjuran meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat. Ini merupakan hadits kedua belas dari Arba’in Nawawi.
Abu Hurairah Raḍiallāhu ‘Anhu meriwayatkan hadits bahwa Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda,
مِنْ حُسْنِ إِسْلامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ
Artinya:
“Merupakan tanda baiknya Islam seseorang adalah, ia meniggalkan yang tidak berguna baginya.” (HR. At-Tirmidzi)
Hadits tentang akhlak mulia yang berikutnya adalah anjuran untuk berkata baik atau diam. Hadits ini merupakan hadits kelima belas yang terdapat di dalam Arba’in Nawawi.
Abu Hurairah Raḍiallāhu ‘Anhu meriwayatkan hadits bahwa Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda,
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ، فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
Artinya:
“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya ia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari)
Hadits Arba’in Nawawi berikutnya terkait dengan hadits tentang akhlak mulia adalah, hadits yang di dalamnya terdapat anjuran untuk tidak mudah marah. Hadits ini merupakan hadits keenam belas Arba’in Nawawi.
Abu Hurairah Raḍiallāhu ‘Anhu meriwayatkan hadits bahwa Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda,
رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْصِنِي قَالَ لَا تَغْضَبْ فَرَدَّدَ مِرَارًا قَالَ لَا تَغْضَبْ
Artinya:
“Seorang lelaki berkata kepada Nabi Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam, ‘Berilah aku wasiat.’ Beliau menjawab, ‘Janganlah engkau marah.’ Lelaki itu mengulang-ulang permintaannya, namun Nabi Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam selalu menjawab, ‘Janganlah engkau marah’.” (HR. Bukhari)
Site: Bina Qurani Islamic School, Image: Hadits Tentang Akhlak Mulia, Source: Photo From Kim Stiver Pexels
Hadit berikutnya adalah anjuran untuk mencintai saudara muslim sebagaimana kita mencintai diri kita sendiri. Ini merupakan hadits ketiga belas Arba’in Nawawi yang juga termasuk ke dalam hadits tentang akhlak mulia.
Anas bin Malik Raḍiallāhu ‘Anhu meriwayatkan hadits bahwa Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda,
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
Artinya:
“Salah seorang di antara kalian tidaklah beriman dengan iman yang sempurna sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari)
Hadits tentang akhlak mulia yang selanjutnya pada hadits Arba’in Nawawi ini adalah hadits yang didalamnya berisi anjuran untuk senantiasa berbuat ihsan salam melakukan segala urusan. Hadits ini merupakan hadits ketujuh belas yang terdapt pada Arba’in Nawawi.
Berbuat ihsan tidak hanya dilakukan kepada sesama manusia saja, akan tetapi kita juga dianjurkan untuk berbuat baik sekalipun itu kepada binatang.
Syaddad bin Aus Raḍiallāhu ‘Anhu meriwayatkan hadits bahwa Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ ، فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا القِتْلَةَ ، وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذِّبْحَةَ ، وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ ، وَلْيُرِحْ ذَبِيحَتَهُ
Artinya:
“Sesungguhnya Allah memerintahkan berbuat baik (ihsan) terhadap segala sesuatu. Jika kalian hendak membunuh (sesuatu yang dibenarkan oleh syariat), maka bunuhlah dengan cara yang baik. Jika kalian hendak menyembelih maka sembelihlah dengan cara yang baik. Hendaklah kalian menajamkan pisaunya dan senangkanlah hewan yang akan disembelih.” (HR. Muslim)
Selanjutnya berkaitan dengan hadits tentang akhlak mulia yang terdapat pada Arba’in Nawawi adalah hadits kedelapan belas. Hadits ini berisi tentang perintah untuk senantiasa bertakwa kepada Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā dan mengiringi setiap perbuatan buruk (dosa) dengan perbuatan yang baik (amal ibadah).
Abu Dzar Jundub bin Junadah Raḍiallāhu ‘Anhu meriwayatkan hadits bahwa Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda,
اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
Artinya:
“Bertakwalah kepada Allah di mana pun engkau berada. Iringilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, maka kebaikan akan menghapuskan keburukan itu. Dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.” (HR. At-Tirmidzi)
Site: Bina Qurani Islamic School, Image: Hadits Tentang Akhlak Mulia, Source: Photo From GR Stocks Unsplash
Sifat malu merupakan salah satu warisan para nabi terdahulu, agar senantiasa terjaga dari perbuatan-perbuatan yang buruk. Hal ini tercantum pada hadits kedua puluh Arba’in Nawawi, yang juga termasuk sebuah hadits tentang akhlak mulia.
Abu Mas’ud ‘Uqbah bin ‘Amr Raḍiallāhu ‘Anhu meriwayatkan hadits bahwa Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda,
إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلَامِ النُّبُوَّةِ الْأُولَى إِذَا لَمْ تَسْتَحْيِ، فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ
Artinya:
“Sesungguhnya di antara perkataan kenabian terdahuku yang diketahui manusia ialah jika engkau tidak malu, maka berbuatlah sesukamu!” (HR. Bukhari)
Hadits tentang akhlak mulia yang selanjutnya adalah larangan agar tidak berbuat sesuatu yang dapat memberikan mudarat baik dengan disengaja ataupun tidak. Hadits ini merupakan hadit yang ketiga puluh dua Arba’in Nawawi.
Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda,
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” لَا ضَرَرَ وَلَا ضِرَارَ
Artinya:
“Dari Abu Abbas Raḍiallāhu ‘Anhu berkata, bahwa Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, ‘Tidak boleh memberikan mudarat baik tanpa disengaja ataupun disengaja’.” (HR. Ahmad)
Berikutnya adalah larangan saling mendengki. Ini merupakan salah satu perintaha yang terdapat pada hadits tentang akhlak mulia pada hadits ketiga puluh lima Arba’in Nawawi.
Abu Hurairah Raḍiallāhu ‘Anhu meriwayatkan hadits bahwa Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda,
لَا تَحَاسَدُوا، وَلَا تَنَاجَشُوا، وَلَا تَبَاغَضُوا، وَلَا تَدَابَرُوا، وَلَا يَبِعْ أَحَدُكُمْ عَلَى بَيْعِ أَخِيهِ، وَكُونُوا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا، الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ، لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يَخْذُلُهُ وَلَا يَحْقِرُهُ، التَّقْوَى هَاهُنَا – وَأَشَارَ بِيَدِهِ إِلَى صَدْرِهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ -، حَسْبُ امْرِئٍ مُسْلِمٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ، كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ: دَمُهُ، وَمَالُهُ، وَعِرْضُهُ
Artinya:
“Janganlah kalian saling mendengki, janganlah kalian saling tanajusy (menyakiti dalam jual beli), janganlah saling benci, janganlah saling membelakangi atau mendiamkan, dan janganlah menjual di atas jualan saudaranya. Jadilah hamba yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara untuk muslim lainnya. Karenanya, ia tidak boleh berbuat zalim, menelantarkan, berdusta, dan menghina yang lain. Takwa itu di sini (beliau memberi isyarat ke dadanya tiga kali). Cukuplah seseorang berdosa jika ia menghina saudaranya yang muslim. Seriap muslim atas muslim lainnya itu haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya.” (HR. Muslim)
Demikianlah beberapa hadits tentang akhlak mulia yang terdapat di dalam hadits Arba’in Nawawi.
Semoga bermanfaat.
Thumbnail Source: Photo From Ashkan Forouzani Unsplash
Artikel Terkait:
Pembinaan Akhlak di Sekolah Islam