Tauhid adalah meyakini keesaan Allah dalam berbagai hal mulai dari rububiyyah, ikhlas beribadah kepada-Nya, menetapkan bagi-Nya nama-nama dan sifat-Nya, serta menyucikan-Nya dari kekurangan dan cacat. Sedangkatn tauhid rububiyyah adalah mengesakan Allah dalam segala perbuatan-Nya dengan meyakini bahwa Dia sendiri yang menciptakan seluruh mahluk.
Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā berfirman:
اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ
Artinya:
“Allah menciptakan segala sesuatu …” (QS. Az-Zumar [39]: 62)
Sesungguhnya, Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā adalah pemberi rezeki bagi setiap manusia, binatang, dan mahluk lainnya.
Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā berfirman:
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا
Artinya:
“Dan tidak ada susuatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya …” (QS. Hud [11]: 6)
Site: Bina Qurani Islamic School, Image: Hakikat Tauhid Rububiyyah, Source: Photo by Thirdman Pexels
Bahwasanya Dia adalah penguasa alam dan pengatur semesta, Dia yang mengangkat dan menurunkan, Dia yang memuliakan dan menghinakan, serta Mahakuasa atas segala sesuatu. Dia pengatur peputaran siang dan malam, dan Dia yang menghidupkan dan yang mematikan. Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā berfirman:
قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ تُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَتُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَتُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَتَرْزُقُ مَنْ تَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Artinya:
“Katakanlah, Ya Allah, yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang engkau kehendaki Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di Tangan-Mulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hudup. Dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas).” (QS. Ali Imran [03]: 26-27)
Allah telah menafikan sekutu atau pembantu dalam kekuasaan-Nya sebagaimana Dia menafikan adanya sekutu dalam penciptaan dan pemberian rezeki. Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā berfirman:
هَذَا خَلْقُ اللَّهِ فَأَرُونِي مَاذَا خَلَقَ الَّذِينَ مِنْ دُونِهِ
Artinya:
“Inilah ciptaan Allah, maka perlihatkanlah olehmu kepadaku apa yang telah diciptakan oleh sembahan-sembahan (mu) selain Allah.” (QS. Luqman [31]: 11)
أَمَّنْ هَذَا الَّذِي يَرْزُقُكُمْ إِنْ أَمْسَكَ رِزْقَهُ
Artinya:
“Atau siapakah dia yang telah memberi kamu rezeki jika Allah menahan rezekin-Nya?” (QS. Al-Mulk [67]: 21)
Allah menyatakan pula tentang keesan-Nya dalam rububiyyah-Nya atas segala alam semesta. Dia Subḥānahu Wa Ta’ālā berfirman:
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Artinya:
“Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam.” (QS. Al-Fatihah [01]: 2)
Dia Subḥānahu Wa Ta’ālā juga berfirman:
إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
Artinya:
“Susungguhnya Rabb kamu ialah Allah yang telah mencipatakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah. Mahasuci Allah, Rabb semesta alam.” (QS. Al-A’raf [07]: 54)
Site: Bina Qurani Islamic School, Image: Hakikat Tauhid Rububiyyah, Source: Photo by Michael B Pexels
Allah mencipatakan semua mahluk di atas fitrah pengakuan terhadap rububiyyah-Nya. Bahkan orang-orang musyrik yang menyekutukan Allah dalam ibadah juga mengakui keesaan rububiyyah-Nya.
قُلْ مَنْ رَبُّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ قُلْ مَنْ بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ يُجِيرُ وَلَا يُجَارُ عَلَيْهِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ فَأَنَّى تُسْحَرُونَ
Artinya:
“Katakanlah, siapa yang mempunyai langit yang tujuh dan yang memiliki ‘Arsy yang besar?’ Mereka akan menjawab ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah, ‘Maka apakah kamu tidak bertakwa?’ Katakanlah, ‘Siapakah yang di Tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika kamu mengetahui?’ mereka akan menjawab, ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah, ‘(kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu ditipu?” (QS. Al-Mu’minun [23]: 86-89)
Jenis tauhid ini diakui oleh semua orang tidak ada umat mana pun yang menyangkalnya. Bahkan hati manusia sudah difitrahkan untuk mengakui-Nya, melebihi fitrah pengakuan terhadap yang lain-Nya sebagaimana perkataan para rasul yang difirmankan Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā:
قَالَتْ رُسُلُهُمْ أَفِي اللَّهِ شَكٌّ فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
Artinya:
“Berkata rasul-rasul mereka, ‘Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah, pencipta langit dan bumi?” (QS. Ibrahim [14]:10)
Adapun orang yang paling dikenal pengingkarannya kepada Allah adalah Fir’aun. Namun demikian, hatinya masih tetap meyakini-Nya sebagaimana perkataan Musa kepadanya:
قَالَ لَقَدْ عَلِمْتَ مَا أَنْزَلَ هَؤُلَاءِ إِلَّا رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ بَصَائِرَ وَإِنِّي لَأَظُنُّكَ يَافِرْعَوْنُ مَثْبُورًا
Artinya:
“Musa menjawab: “Sesungguhnya kamu telah mengetahui, bahwa tiada yang menurunkan mukjizat-mukjizatnya itu kecuali Rabb yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti nyata, dan sesungguhnya aku mengira kamu, Hai Fir’aun, seorang yang akan binasa.” (QS. Al-Isra’ [17]: 102)
Site: Bina Qurani Islamic School, Image: Hakikat Tauhid Rububiyyah, Source: Photo by Abdullah G Pexels
Nabi Musa juga menceritakan tentang Fir’aun dan kaumnya:
وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَا أَنْفُسُهُمْ ظُلْمًا وَعُلُوًّا
Artinya:
“Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka), padahal hati mereka meyakini (kebenaran) Nya.” (QS. An-Naml [27]: 14)
Begitu pula orang-orang yang mengingkarinya pada zaman ini, seperti orang-orang komunis. Mereka hanya menampakkan keingkaran karena kesombongannya. Akan tetapi, pada hakikatnya secara diam-diam batin mereka meyakini bahwa tidak ada satu benda pun kecuali ada yang membuatnya, dan tidak ada pengaruh apa pun kecuali pasti ada yang memengaruhinya. Allah berfirman:
أَمْ خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمُ الْخَالِقُونَ أَمْ خَلَقُوا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بَلْ لَا يُوقِنُونَ
Artinya:
“Apakah mereka menciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? Ataukah mereka yang telah menciptakan langit dan bumi itu? Sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan).” (QS. Ath-Thur [52]: 35-36)
Perhatikanlah alam semesta ini, baik yang di atas maupun yang di bawah dengan seluruhnya, engkau pasti mendapati semua itu menunjukkan kepada pembuat, pencipta, dan pemiliknya. Mengingkari dalam akal dan hati terhadap pencipta semua itu sama halnya mengingkari ilmu itu sendiri dan mencampakkanya, keduanya tidak berbeda. Karena ilmu yang benar menetapkan adanya pencipta.
Adapun pengingkaran adanya Tuhan oleh orang-orang komunis saat ini hanyalah karena kesombongan dan penolakan terhadap hasil renungan dan pemikiran akal yang sehat. Siapa yang seperti ini sifatnya maka dia telah membuang akalnya dan mengajak orang lain untuk mengejek dirinya.
Thumbnail Source: Photo by Imad Unsplash
Artikel Terkait:
Makna Tauhid Asma Wa Sifat