Isra Mi’raj merupakan salah satu peristiwa agung yang terjadi dalam perjalanan hidup nabi Muhammad Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam. Isra Mi’raj adalah mukjizat besar dan suatu tanda kenabian yang sangat jelas, serta suatu kehususan yang Allah berikan kepada Nabi Muhammad Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam.
Peristiwa Isra Mi’raj yang diberikan oleh Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā kepada Nabi Muhammad Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam terjadi sebelum hijrah. Peristiwa ini merupakan wujud penghormatan dan pelipur lara setelah beberapa peristiwa yang menyedihkan.
Peristiwa-peristiwa tersebut antara lain yaitu:
Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam juga sempat pergi ke Thair untuk berdakwah, menyeru penduduknya agar beriman, menerima Islam, dan menjadi penolong agama Allah. Namun, mereka semua menolaknya dan menolak ajarannya. Dengan berbagai kondisi yang menyulitkan ini, Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā kemudian memuliakan beliau Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam dengan mukjizat besar dan kemuliaan yang tinggi yaitu Isra dan Mi’raj.
Lalu apa itu Isra Mi’raj, dan apa hikmah dari Isra Mi’raj Nabi Muhammad Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam yang dapat dipetik oleh umatnya? Berikut ini penjelasan lengkapnya!
Site: Bina Qurani Islamic Boarding School, Image: Hikmah dari Isra Mi’raj Nabi Muhammad, Source: Photo by GS Image
Secara bahasa, Isra berasal dari kata saro yang artinya adalah perjalanan di malam hari. Adapun secara istilah, Isra artinya adalah perjalanan yang dilakukan oleh Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam bersama malaikat Jibril dari Masjidil Haram Mekkah ke Masjidil Aqsa di Palestina.
Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā berfirman:
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah kami berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda kebesaran Kami (Allah). Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.” (QS. Al-Isra’ [17]: 1)
Sedangkan Mi’raj, secara bahasa artinya adalah suatu alat yang digunakan untuk naik. Adapun secara istilah, Mi’raj adalah tangga khusus yang digunakan oleh Rasulullah Muhammad Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam untuk naik dari bumi menuju ke lapisan langit ke tujuh.
Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā berfirman,
وَالنَّجْمِ إِذَا هَوَى مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمْ وَمَا غَوَى وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى عَلَّمَهُ شَدِيدُ الْقُوَى ذُو مِرَّةٍ فَاسْتَوَى وَهُوَ بِالْأُفُقِ الْأَعْلَى ثُمَّ دَنَا فَتَدَلَّى فَكَانَ قَابَ قَوْسَيْنِ أَوْ أَدْنَى فَأَوْحَى إِلَى عَبْدِهِ مَا أَوْحَى مَا كَذَبَ الْفُؤَادُ مَا رَأَى أَفَتُمَارُونَهُ عَلَى مَا يَرَى وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَى عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَى إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَى مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغَى لَقَدْ رَأَى مِنْ آيَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرَى
“Demi bintang ketika terbenam, kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru, dan tidaklah yang diucapkannya itu (Alquran) menurut keinginannya. Tidak lain (Alquran itu) adalah wahyu yang diwahyukan kepadanya, yang diajarkan kepadanya oleh Jibril yang sangat kuat, yang mempunyai keteguhan; maka Jibril itu menampakkan diri dengan rupa yang asli (rupa yang bagus dan perkasa), sedang dia berada di ufuk yang tinggi. Kemudian dia mendekan kepada Muhammad, lalu bertambah dekat, sehingga jaraknya sekitar dua busur panah atau lebih dekat lagi. Lalu disampaikannya wahyu kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah diwahyukan Allah. Hatinya tidak mendustakan aoa yang telah dilihatnya. Maka apakah kamu (Musyrikin Mekah) hendak membantahnya tentang apa yang dilihatnya itu? Dan sunggu dia (Muhammad) telah melihatnya dalam rupanya yang asli pada waktu yang lain, yaitu di Sidratulmuntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, Muhammad melihat Jibril ketika Sidratulmuntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya tidak menyimpang dari yang dilihatnya itu dan tidak pula melampauinya. Sungguh, dia telah melihat sebagian tanda-tanda kebesaran Rabb-nya yang paling besar.” (QS. An-Najm [53]: 1-18)
Site: Bina Qurani Islamic Boarding School, Image: Hikmah dari Isra Mi’raj Nabi Muhammad, Source: Photo by Ian B Pexels
Ada banyak faidah atau hikmah dari Isra Mi’raj Nabi Muhammad Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam yang dapat dipetik dan dijadikan sebagai pelajaran bagi seorang muslim. Mulai dari awal perjalanan Isra Nabi Muhammad Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam, dari Masjid Al-Haram ke Masjid Al-Aqsa, maupun perjalanan Mi’rajnya dari bumi ke langit ketujuh, semua mengandung hikmah yang bisa dipetik.
Berikut ini adalah beberapa hikmah dari Isra Mi’raj Nabi Muhammad Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam:
Salah satu hikmah dari Isra Mi’raj Nabi Muhammad Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam adalah untuk memperlihatkan kebenaran bagi para penentang yang ingin memadamkan ajaran Islam. Orang-orang yang mendustakan Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam menganggapnya aneh dan menyangkal serta menyerangnya.
Padahal, Allah-lah yang mengisra’ dan mi’rajkan Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam. Orang-orang yang mengingkari Rasulullah, sejatinya telah menyerang dan menyangkal kekuasaan Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā. Mereka lupa akan firman Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā yang berbunyi,
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah kami berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda kebesaran Kami (Allah). Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.” (QS. Al-Isra’ [17]: 1)
Hikmah dari Isra Mi’raj Nabi Muhammad Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam yang dapat kita petik adalah tentang mulianya kedudukan Baitul Maqdis.
Isranya Nabi Muhammad Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam ke Baitul Maqdis, kemudian Mi’rajnya ke langit, merupakan bukti bahwa Baitul Maqdis memiliki kedudukan yang penting dan strategis. Hal ini harus dipahami oleh seluruh kaum muslimin di mana pun berada. Jangan sekali-kali menyepelekan keberadaan Masjid Al-Aqsha, karena ia merupakan kiblat yang pertama.
Beberapa dalil yang menunjukkan kemuliaan Masjid Al-Aqsha adalah sebagai berikut
Dari Mu’adz bin Jabal Raḍiallāhu ‘Anhu, shalat dibagi menjadi tiga periode, puasa juga dibagi menjadi tiga periode. Adapun periode shalat, Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam tiba di Madinah, lantas beliau shalat selama tujuh belas bulan menghadap Baitul Maqdis. Kemudian turunlah firman Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā,
قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ
Artinya:
“Sungguh Kami sering melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Hara. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang Yahudi dan Nasrani yang diberi Al-Kitab yaitu Taurat dan Injil memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjid Al-haram itu adalah benar dari Rabbnya, dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-Baqarah [02]: 144). Maka ketika itu Allah memerintahkan untuk menghadap ke Makkah, inilah periode pertama. (HR. Ahmad)
Selain itu, hikmah dari Isra Mi’raj Nabi Muhammad Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam yang menunjukkan kemuliaan Baitul Maqdis adalah hadis Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam yang diriwayatkan oleh Abu Darda’,
وَالصَّلَاةُ فِي بَيْتِ الْمَقْدِسِ بِخَمْسِمِائَةِ صَلَاةٍ
Artinya:
“Shalat di Baitul Maqdis sama seperti mengerjakan lima ratus shalat.” (HR. Al-Bazar)
Kita juga dapat mengambil hikmah dari Isra Mi’raj Nabi Muhammad Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam bahwa, apabila Allah telah berkehendah dan mengatakan kun (jadilah), fayakun (maka jadilah).
Perjalanan Isra Mi’raj Nabi Muhammad Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam mengandung banyak peristiwa-peristiwa aneh (al-khawariq), yang menyebabkan sebagian orang berusaha untuk menyanggahnya dan mengingkari peristiwa tersebut seolah tidak masuk akal. Padalah Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā berfirman,
إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ (82) فَسُبْحَانَ الَّذِي بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (83)
Artinya:
“Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Allah menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: ‘Jadilah!’ maka terjadilah ia. Maka Maha Suci Allah yang di tangan-Nya kekuasaan atas sehala sesuatu dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” (QS. Yasin [36]: 82-83)
Hikmah dari Isra Mi’raj Nabi Muhammad Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam yang dapat kita ambil darinya pelajaran juga menegaskan akan larangan menyerupai suatu kaum.
Ketika kaum kafir Quraisy mengetahui akan berita Isra’ Nabi Muhammad Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam, banyak di antara mereka bertepuk tangan dan ada pula yang meletakkan tangannya di atas kepala karena merasa heran dengan kebohongan yang diklaimnya.
Bertepuk tangan dalam beberapa perayaan dan pertemuan karena merasa kagum, sebagaimana yang dilakukan oleh kaum muslimin dewasa ini adalah suatu perbuatan menyerupai kaum musyrikin. Oleh karena itu, hal ini perlu dijauhi karena terdapat ancaman bagi seseorang yang menyerupai suatu kaum.
Ibnu ‘Umar Raḍiallāhu ‘Anhu meriwayatkan hadis bahwa Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
Artinya:
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Abu Daud)
Dari hikmah dari Isra Mi’raj Nabi Muhammad Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam kita juga dapat mengambil pelajaran penting tentang perlunya seseorang memberi dan menerima nasihat. Memberi nasihat kepada siapa saja yang membutuhkannya meskipun ia tidak meminta untuk dinasihati, dan menerima nasihat dari orang-orang yang jauh lebih mengetahui daripada diri kita.
Hal ini sebagaimana peristiwa Mi’raj ketika Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam bertemu dengan Nabi Musa ‘Alaihi Al-Salam. Nabi Musa memberi nasihat kepada Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam dan umatnya agar beliau meminta keringanan atas ibadah shalat yang Allah syariatkan kepada Rasulullau dan kaumnya.
Dari peristiwa Isra dan Mi’rajnya Nabi Muhammad Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam juga dapat kita ambil hikmah tentang kedudukan dan keistimewaan shalat dalam Islam. Shalat merupakan pilar dan rukun yang sangat penting dalam Islam. Siapa yang menyia-nyiakannya, maka rukun yang lainpun akan lebih disia-siakan.
Syaikh Al-Utsaimin berkata tentang Keistimewaan shalat yang dapat kita ambil dari hikmah dari Isra Mi’raj Nabi Muhammad Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam antara lain yaitu:
Peristiwa Isra Mi’raj Nabi Muhammad Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam adalah ujian bagi seorang muslim. Ujian yang selalu dikemukakan oleh musuh-musuh Islam, dimana setiap kali musuh-musuh Islam memunculkan ujian ini akan selalu ada yang termakan oleh propagandanya.
Peristiwa Isra Mi’raj yang dialami oleh Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam adalah proses penyelesksian bagi orang-orang yang beriman dan orang-orang munafik. Siapa saja yang beriman, pasti akan percaya, membenarkan, dan semakin mantap karena keimanan dan keyakinannya semakin bertambah. Lalu, bagi siapa saja yang ragu-ragu dan bersembunyi di balik topeng kemunafikannya ia akan menjauh dan murtad dari ajaran Islam.
Ini membuktikan bahwa dalam beragama itu bukanlah dengan menggunakan akal, melainkan dengan wahyu yang telah Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā turunkan kepada Rasul-Nya.
Itulah beberapa hikmah dari Isra Mi’raj Nabi Muhammad Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam yang dapat kita ambil sebagai pelajaran dalam meneguhkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā.
Site: Bina Qurani Islamic Boarding School, Image: Hikmah dari Isra Mi’raj Nabi Muhammad, Source: Photo by Mark V Pexels
Sebagian kalangan meyakini bahwa peristiwa bersejarah Isra Mi’raj terjadi pada tanggal 27 Rajab, dan setiap tanggal 27 Rajab sebagian kaum muslimin ramai-ramai memperingati terjadinya peristiwa ini.
Namun, di kalangan para ulama ahli sejarah terjadi perbedaan pendapat tentang terjadinya peristiwa yang agung ini. Berikut ini adalah beberapa pendapat mengenai kapan terjadinya Isra Mi’raj, yaitu:
Imam Al-Allamah Al-Manshurfuri Raḥimahullāh berpendapat bahwa peristiwa Isra Mi’raj terjadi pada malam tanggal dua puluh tujuh bulan Rajab tahun kesepuluh kenabian Rasulullah Muhammad Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam.
Imam Ath-Thabari berpendapat bahwa peristiwa Isra Mi’raj terjadi pada tahun tatkala Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā memuliakan Nabi Muhammad Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam dengan nubuwah atau kenabian.
Imam Nawawi dan Al-Qurthubi berpendapat bahwa peristiwa Isra Mi’raj terjadi pada lima tahun setelah Nabi Muhammad Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam di utus menjadi Rasul.
Pendapat ulama ahli sejarah yang lain berpendapat bahwa peristiwa Isra Mi’raj terjadi enam bulan sebelum hijrah, atau pada bulan Muharram tahun ketiga belas setelah kenabian. Pendapat yang lain mengatakan, bahwa peristiwa tersebut terjadi setahun dua bulan sebelum hijrah, tepatnya pada bulan Muharram tahun ketiga belas setelah kenabian. Dan pendapat terakhir mengatakan bahwa peristiwa tersebut terjadi setahun sebelum hijrah atau pada bulan Rabi’ul Awwal tahun ketiga belas setelah kenabian.
Demikianlah kisah dan sejarah Isra Mi’raj yang dialami oleh Nabi Muhammad Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam. Semoga dengan mengetahui sejarah Isra Mi’raj ini, dapat menambah keimanan dan ketaqwaan kita.
Thumbnail Source: Photo by GS Image
Artikel Terkait:
Mengimani Muhammad sebagai Nabi dan Rasul