Generic selectors
Exact matches only
Search in title
Search in content
Post Type Selectors

Insan Cendekia

Thumbnail-Bina-Qurani-Insan-Cendekia

Insan Cendekia – Secara bahasa insan cendekia berasal dari kata Al-Insan yang artinya manusia dan cendekia, yang artinya cerdas atau cerdik atau pandai. Jadi insan cendekia adalah manusia yang cerdas atau manusia yang cerdik atau pandai.

Lalu apa yang dimaksud dengan Insan Cendekia (Orang yang Cerdas)?

Insan cendekia (orang yang cerdas) adalah orang yang mengetahui persis akan tujuan hidupnya dan mempersiapkan diri sebaik-baiknya demi tujuan hidupnya tersebut. Dia tahu bahwa akhir dari kehidupannya adalah kematian, sehingga dia senantiasa memperbanyak amal sebagai bekal kematiannya.

Ibnu Umar Raḍiallāhu ‘Anhu meriwayatkan hadis bahwa Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:

أَكْثَرَهُمْ ذِكْرًا لِلْمَوْتِ ، وَأَشَدُّهُمُ اسْتِعْدَادًا لِلْمَوْتِ قَبْلَ نُزُولِ الْمَوْتِ ، أُولَئِكَ هُمُ الأَكْيَاسُ

“Orang yang paling banyak mengingat mati, kemudian yang paling baik dalam mempersiapkan kematian tersebut, itulah orang yang paling cerdas.” (HR. Ibnu Majah)

Thumbnail-Bina-Qurani-Insan-Cendekia

Source: Photo By Masjid Pogung Dalangan From Unsplash

Insan Cendekia (orang yang cerdas) menurut Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam adalah orang yang senantiasa mengingat akan datangnya kematian. Dan tidak hanya cukup sampai di situ, dikatakan orang yang cerdas (insan cendekia) adalah apabila dia tahu bahwa akhir kehidupannya adalah kematian kemudian dia menyiapkan sebaik-baik perbekalan untuk menghadapi kematiannya.

Abu Hurairah Raḍiallāhu ‘Anhu meriwayatkan hadis bahwa Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:

أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ

“Perbanyaklah mengingat pemutus segala kelezatan, yaitu kematian.” (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah)

Kematian adalah pemutus segala kelezatan. Sebagai seorang muslim yang cerdas (insan cendekia) baik dalam keadaan sehat maupun sakit, lapang maupun sempit, dianjurkan untuk senantiasa mengingat kematian di hati dan di lisannya. Kemudian memperbanyak mengingat mati, karena dengan mengingat kematian akan menjadi penghalang dari perbuatan dosa dan maksiat serta sebagai pendorong untuk melaksanakan ketaatan.

Thumbnail-Bina-Qurani-Insan-Cendekia

Source: Photo From Freepik

Orang-orang yang menyesal

Sebaliknya, orang-orang yang menyesal adalah orang yang semasa hidupnya lalai, sangat sedikit mengingat kematian, yaitu dari kalangan orang orang kafir dan mereka yang tidak taat akan perintah Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam, kelak di akhirat akan meminta tangguh dan uzur ketika bertemu dengan Allah Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā.

Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā berfirman:

وَأَنْذِرِ النَّاسَ يَوْمَ يَأْتِيهِمُ الْعَذَابُ فَيَقُولُ الَّذِينَ ظَلَمُوا رَبَّنَا أَخِّرْنَا إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ نُجِبْ دَعْوَتَكَ وَنَتَّبِعِ الرُّسُلَ أَوَلَمْ تَكُونُوا أَقْسَمْتُمْ مِنْ قَبْلُ مَا لَكُمْ مِنْ زَوَالٍ

“Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang zalim: ‘Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami (kembalikanlah kami ke dunia) walaupun dalam waktu yang sangat sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul.’ (Kepada mereka dikatakan): ‘Bukankah kamu telah bersumpah dahulu (di dunia) bahwa sekali-kali kamu tidak akan binasa?’.” (QS. Ibrahim [14]: 44)

Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā juga berfirman:

حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلَّا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ

“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku dapat beramal yang shalih terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari dibangkitkan.” (QS. Al-Mu’minun [23]: 99-100)

Pada ayat di atas Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā mengabarkan bahwa keadaan orang-orang yang sedang berhadapan dengan kematian dari kalangan orang yang meremehkan perintah Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā dan dari kalangan orang-orang yang zalim. Mereka menyesal dengan kondisinya ketika melihat harta mereka, buruknya amalan yang mereka perbuat, sehingga mereka meminta untuk dikembalikan ke dunia. Bukan untuk bersenang-senang dengan kelezatannya, atau memenuhi syahwat mereka, tetapi mereka berkata “Agar aku berbuat amal shalih terhadap apa yang telah aku tinggalkan.”

Thumbnail-Bina-Qurani-Insan-Cendekia

Source: Photo By Nega From Unsplash

Oleh karena itu sebagai insan cendekia (seorang muslim yang cerdas) hendaknya kita senantiasa mengingat akan datangnya kematian. Dengan mengingat kematian akan memberikan motivasi untuk mempersiapkan diri sebelum datangnya kematian, akan memendekkan angan-angan dan menjauhkan diri dari kelalaian, menjadikan diri zuhud terhadap dunia dan rida dengan bagian dunia meskipun sedikit, memberikan motivasi untuk berbuat ketaatan, melembutkan hati, medorong untuk semangat dalam perkara agama, mengekang hawa nafsu, serta menjadikan diri tawadhu’ dan dijauhkan dari sikap sombong dan zalim.

Semoga kita semua senantiasa menjadi hamba Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā yang selalu mengingat kematian, sehingga kita tergolong orang-orang yang cerda (insan cendekia) dan bukan orang yang menyesal di hari kematian kita.

Thumbnail Source: Photo By Bagas Rais From Unsplash

TAGS
#arti insan cendekia #banyak mengingat mati #Insan cendekia #maksud insan cendekia #orang cerdas menurut rasulullah #orang yang cerdas #pemutus kelezatan #pengertian insan cendekia
© 2023 BQ Islamic Boarding School, All Rights reserved
Login