Islam adalah agama yang mulia lagi sempurna. Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā mengutus Nabi Muhammad Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam sebagai Rahmatan Lil Alamin yaitu rahmat bagi seluruh alam semesta.
Hal ini sebagaimana firman Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā di dalam QS. Al-Anbiya ayat 107:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
(Wa maa arsalnaa-ka illaa Rahmatan Lil Alamin.)
Artinya:
“Kami tidak mengutus engkau Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam.” (QS. Al-Anbiya: 107)
Site: Bina Qurani Islamic Boarding School, Image: Islam Rahmatan Lil Alamin, Source: Photo by Masjid Pogung Dalangan Unsplash
Berdasarkan firman Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā di atas, para ahli tafsir menjelaskan dan menafsirkan maksud dari ayat tersebut. Di antara penafsiran para ahli tafsir terkait Islam Rahmatan Lil Alamin adalah sebagai berikut:
Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, pendapat yang lebih benar dalam menafsirkan ayat ini adalah bahwa Rahmat di sini bersifat umum. Dalam menafsirkan kata rahmat, terdapat dua penafsiran, yaitu:
Penafsiran Pertama, Alam semesta secara umum mendapat manfaat dengan diutusnya Rasulullah Muhammad Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam. Orang-orang yang mengikuti Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam akan mendapatkan kemuliaan baik di dunia maupun di akhirat. Sedangkan orang-orang kafir yang memerangi Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam, manfaat yang mereka dapatkan adalah disegerakan maut baginya. Dan bagi orang-orang kafir yang terikat perjanjian dengan Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam, manfaat yang mereka dapatkan adalah dibiarkan hidup di dunia dan diberikan perlindungan di bawah perjanjian.
Penafsiran Kedua, Islam adalah rahmat bagi seluruh manusia, bagi orang yang beriman akan menerima rahmat ini dan mendapaatkan manfaat di dunia serta di akhirat. Sedangkan orang kafir menolaknya, sehingga bagi orang kafir Islam tetap dikatakan sebagai rahmat bagi mereka namum mereka enggan menerimanya.
Site: Bina Qurani Islamic Boarding School, Image: Islam Rahmatan Lil Alamin, Source: Photo by Kalia Chan Pexels
Menurut tafsir Ibnu Katsir, dalam ayat ini (Wa maa arsalnaa-ka illaa Rahmatan Lil Alamin) Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā menjelaskan bahwa Allah telah menjadikan Nabi Muhammad Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam sebagai rahmat bagi alam semesta.
Dengan kata lain, barangsiapa saja yang menerima rahmat ini dan mensyukurinya, maka bahagialah kehidupannya di dunia maupun di akhirat. Dan barangsiapa yang menolak serta mengingkarinya maka merugilah ia di dunia dan di akhiratnya.
Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā berfirman,
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَتَ اللَّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ جَهَنَّمَ يَصْلَوْنَهَا وَبِئْسَ الْقَرَارُ
(Alam taro ilalladziina baddaluu ni’matallaahi kufran wa a-halluu qoumahum daarol bawaar jahannama yashlaunahaa wa bi’sal qoroor.)
Artinya:
“Tidaklah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan, yaitu neraka Jahannam, mereka masuk ke dalamnya, dan itulah seburuk-buruknya tempat kediaman.” (QS. Ibrahim: 28-29)
Di dalam tafsir Al-Qurthubi, dijelaskan bahwa Nabi Muhammad Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam adalah rahmat bagi seluruh manusia. Bagi siapa saja yang beriman dan membenarkan ajaran beliau, maka baginya keselamatan dan kebahagiaan. Bagi siapa saja yang ingkar dan tidak beriman terhadap beliau, diselamatkan mereka dari bencana sebagaimana yang menimpa umat terdahulu.
Site: Bina Qurani Islamic Boarding School, Image: Islam Rahmatan Lil Alamin, Source: Photo by Alena Pexels
Menurut Muhammad Jarir bin Ath-Thabari, Tafsir dari ayat Rahmatan Lil Alamin adalah bahwa Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā mengutus Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam sebagai rahmat bagi seluruh manusia, baik mukmin maupun kafir.
Rahmat bagi orang mukmin yaitu Allah memberi petunjuk kepadanya dengan sebab diutusnya Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam, beliau memasukkan orang-orang yang beriman ke dalam Surga dengan keimanan dan amal shalih mereka terhadap ajaran Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā.
Sedangkan rahmat bagi orang kafir yaitu, tidak disegerakannya bencana besar yang menghancurkan sebagaimana hancurnya umat-umat terdahulu yang mengingkari ajaran Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā.
Menurut Ash-Shabuni dalam Shafwatut tafsir, maksud dari ayat ini adalah sebagaimana sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Shalih bahwa Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda,
إِنَّمَا أَنَا رَحْمَةٌ مُهْدَاةٌ
(Innamaa anaa rohmatun muhdaatun.)
Artinya:
“Sesungguhnya aku adalah rahmat yang dihadiahkan oleh Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā.” (HR. Bukhari)
Dalam ayat ini, Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā tidak mengatakan Rahmatan Lil Mum’minin, namun Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā mengatakan Rahmatan Lil Alamin. Artinya bahwa Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā ingin memberikan rahmat bagi seluruh makhlukNya.
Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā mengutus Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam untuk membawa kebahagiaan yang besar dan menyelamatkan manusia dari kesengsaraan yang besar. Beliau menjadi sebab tercapainya berbagai kebaikan di dunia dan di akhirat.
Thumbnail Source: Photo by Monstera Pexels
Artikel Terkait:
Urgensi Tazkiyatun Nafs