Menaati Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam hukumnya wajib. Yaitu dengan melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan beliau. Hal ini termasuk konsekwensi syahadat bahwa beliau adalah utusan Allah. Di dalam banyak ayat-Nya, Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā memerintahkan kaum muslimin untuk menaati beliau. Terkadang perintah itu dibarengi perintah untuk taat kepada Allah sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya.” (QS. An-Nisa: 59)
Terkadang Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā menyebutkannya sendirian sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:
مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ
Artinya:
“Barangsiapa yang menaati Rasul itu, maka ia telah menaati Allah.” (QS. An-Nisa: 80)
Terkadang Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā mengancam siapa yang bermaksiat kepada Rasul Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:
فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (63)
Artinya:
“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (QS. An-Nur: 63)
Maksudnya, mereka akan ditimpa bencana berupa kekufuran, nifak, dan bid’ah dalam hati mereka, atau azab yang pedih di dunia berupa dibunuh, hukuman had, dipenjara, atau hukuman-hukuman lain di dunia.
Site: Bina Qurani Islamic Boarding School, Image: Kewajiban Menaati Rasulullah, Source: Photo by Michael B Pexels
Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā menjadikan taat kepada Nabi dan mengikuti jalannya sebagai sarana bagi hamba untuk meraih kecintaan Allah dan ampunan dosa. Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā berfirman:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (31)
Artinya:
“Katakanlah, ‘Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali-Imran: 31)
Dia menjadikan ketaatan kepada beliau sebagai hidayah, dan maksiat kepada beliau sebagai sebuah kesesatan. Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā berfirman:
وَإِنْ تُطِيعُوهُ تَهْتَدُوا
Artinya:
“Jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk.” (QS. An-Nur: 54)
فَإِنْ لَمْ يَسْتَجِيبُوا لَكَ فَاعْلَمْ أَنَّمَا يَتَّبِعُونَ أَهْوَاءَهُمْ وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِنَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ (50)
Artinya:
“Maka jika mereka tidak menjawab tantanganmu ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka belaka. Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Qashash: 50)
Site: Bina Qurani Islamic Boarding School, Image: Kewajiban Menaati Rasulullah, Source: Photo by Michael B Pexels
Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā juga mengabarkan bahwa dalam diri Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam terdapat teladan yang baik untuk umatnya. Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā berfirman:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا (21)
Artinya:
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang-orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21)
Perintah untuk taat dan mengikuti Rasul telah Allah sebutkan pada sekitar 44 ayat di dalam Alquran. Sebab, kaum muslimin tentu lebih butuh untuk mengetahui ajaran yang beliau bawa kemudian mengikutinya daripada kebutuhan mereka pada makan dan minum.
Sebab, apabila makan dan minum tidak diperoleh maka yang terjadi adalah kematian di dunia. Tetapi apabila ketaatan kepada Rasul dan mengikuti sunah tidak dilakukan maka akibatnya adalah azab dan kesengsaraan yang kekal di akhirat.
Beliau Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam menyuruh umatnya agar mengikuti beliau dengan melaksanakan ritual ibadah, begitu juga dengan tata caranya sebagaimana yang beliau kerjakan. Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِى أُصَلِّى
Artinya:
“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat” (HR. Bukhari)
خُذُوا عَنِّى مَنَاسِكَكُمْ
Artinya:
“Ambilah manasik haji kalian dariku …” (HR. Muslim)
نْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا، فَهُوَ رَدٌّ
Artinya:
“Barangsiapa yang mengamalkan suatu amalan yang tidak pernah kami perintahkan, maka amalan itu ditolak.” (HR. Bukhari Muslim)
مَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي
Artinya:
“Barangsiapa membenci sunahku, ia bukan dari golonganku.” (HR. Bukhari Muslim)
Dan masih banyak lagi nash yang di dalamnya terdapat perintah untuk meneladani beliau dan larangan untuk menyelisihi beliau.
Dikutip dari: Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, Aqidatut Tauhid Kitabut Tauhid lis-Shaff Al-Awwal – Ats-Tsalis – Al-Aly. Edisi terjemah: Alih Bahasa Syahirul Alim Al-Adib, Lc., Kitab Tauhid, (Jakarta: Ummul Qura, 2018), 418-421.
Thumbnail Source: Photo-by-Michael-B-Pexels
Artikel Terkait:
Kedudukan Rasulullah