Generic selectors
Exact matches only
Search in title
Search in content
Post Type Selectors

Kisah Keislaman ‘Umar ibn al-Khaṭāb

Bina Qurani Kisah Keislaman ‘Umar ibn al-Khaṭāb

Kisah Keislaman ‘Umar ibn al-Khaṭāb

Kisah keislaman ‘Umar ibn al-Khaṭāb r.a. sangat fenomenal dalam perjalanan sejarah Islam. Di berbagai buku-buku sīrah nabawiyyah dikisahkan bahwa awalnya beliau hendak pergi untuk membunuh Nabi Muhammad S.A.W. dengan pedang yang dibawanya karena dianggap telah murtad dari agama nenek moyang dan memecah belah bangsa Quraish. Hanya saja saat di jalan dicegah oleh seseorang yang bernama Nu’aim ibn ‘Abd Allāh dan mengabari ‘Umar r.a. bahwa saudara perempuan ‘Umar r.a. beserta suaminya telah memeluk Islam, sehingga disarankan agar membenahi problem keluarganya terlebih dahulu sebelum memutuskan membunuh nabi.

‘Umar r.a. pun berbalik arah menuju rumah saudara perempuannya. ‘Umar ibn al-Khaṭāb r.a. mendengar lantunan ayat Quran yang dibaca saat beliau tiba di rumah saudara perempuannya. Kemudian terjadi dialog antara ‘Umar r.a. dengan saudara perempuannya Fatimah beserta suami Said ibn Zaid. Kemudian akhirnya ‘Umar r.a. membaca sendiri ayat yang baru ia dengar dan seketika itu ia tergugah untuk memeluk Islam.

Site: Bina Qurani Islamic Boarding School, Image: Kisah Keislaman ‘Umar ibn al-Khaṭāb, Source: Photo by Hemz Pexels

Khabbāb ibn al-’Araṭ yang ada di rumah tersebut memberi kabar kepada ‘Umar r.a. bahwa ia mendengar Nabi berdoa ‘Ya Allah, kuatkanlah agama Islam dengan ’Abū al-Hakam ibn Hishām atau dengan ‘Umar ibn al-Khaṭāb r.a.’ lalu ia menyarankan agar segera memeluk Islam dan akhirnya ‘Umar r.a. menuju tempat kediaman Nabi beserta sahabatnya dan menyatakan keislamannya. Sejak keislaman ‘Umar ibn al-Khaṭāb r.a. kondisi umat Islam berubah. Keamanan mereka lebih terjaga.

Abdullah ibn Mas’ūd menuturkan bahwa dahulu tidak bisa shalat di samping ka’bah hingga ketika ‘Umar ibn al-Khaṭāb r.a. memeluk Islam. Suhaib ibn Sumar al-Rūmī mengatakan bahwa setelah ‘Umar r.a. masuk Islam, maka Islam menjadi lebih tampak dan dakwah dilakukan secara terang-terangan. Kami bisa duduk membuat lingkaran di sekitar Baitul Haram, thawaf di sekeliling ka’bah, dan berani mengambil tindakan terhadap orang yang berlaku kasar kepada kami dan menentangnya.[1]

 

==========

[1] Ṣafiyyu al-Raḥmān al-Mubārakfūrī, al-Rahīk al-Makhtūm, (al-Madīnah: Dār al-Wafā’, 2005), 103-106, ‘Abd al-Salām Hārūn, Tahzīb Sīrah Ibnu Hishām, (Beirūt: Mu’asasah al-Risālah, 2002), 64-66, dan Mahdi Rizqullah Ahmad, Biografi Rasulullah; Sebuah Studi Analisis Berdasarkan Sumber-sumber yang Otentik, (Jakarta: Qisti Press, 2009), 254-259.  ‘Ali Muhammad al-Ṣallābī, Faṣl al-Khiṭāb Fi Sīrati Ibn al-Khaṭāb, (al-Qāhirah: Maktabah al-Tābi’īn, 2002), 21-22.

Dikutip dari: Dr. Ghifar, Lc., M.E.I., Konsep dan Implementasi Keuangan Negara pada Masa Al-Khulafa Al-Rashidun(Cirebon: Nusa Literasi Inspirasi, 2020), 102-103.

Thumbnail Source: Photo by Fuzail Pexels

Artikel Terkait:
Wilayah Kekuasaan Al-Khulafā’ Al-Rāshidūn

 

TAGS
#ihlas beramal #ikhlas beramal shalih #ikhlas beramal #ikhlas dalam beramal #ikhlas dalam beribadah #ikhlas ketika shalat #ikhlas #Keuangan Islam #Keuangan Negara dalam Islam #Keuangan Publik #kiat-kiat ikhlas #niat yang ikhlas #Pajak #pengertian ikhlas #pentingnya ikhlas beramal #urgensi ikhlas dalam islam #Wakaf
© 2021 BQ Islamic Boarding School, All Rights reserved
Login