Dengan memegang teguh serta memahami surat Al-Kafirun ayat 6 (yaitu Lakum dinukum waliyadin) dengan benar, seorang muslim tentu akan menentang keras segala bentuk loyalitas pada orang kafir, dan berlepas diri dari mereka. Segala bentuk loyalitas pada orang kafir merupakan hal yang terlarang, baik loyalitas dalam bentuk ucapan maupun dalam bentuk perbuatan atau tindakan.
Lakum dinukum waliyadin atau yang artinya bagimu agamamu, bagiku agamaku merupakan salah satu firman Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā yang terdapat di Surat Al-Kafirun ayat 6. Ayat ini merupakan prinsip akidah Islam yang semestinya dipegang teguh dan dianut oleh setiap muslim.
Hal ini sebgaimana firman Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā:
قُلْ يَاأَيُّهَا الْكَافِرُونَ (1) لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ (2) وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ (3) وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ (4) وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ (5) لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ (6)
Artinya:
“Katakanlah: ‘Hai orang-orang kafir, (1) Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. (2) Dan kamu bukan penyembah Rabb yang aku sembah. (3) Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, (4) dan kamu tidak pernah pula menjadi penyembag Rabb yang aku sembah. (5) Lakum dinukum waliyadin (bagimu agamamu, dan bagiku agamaku). (6)’” (QS. Al-Kafirun: 1-6)
Firman Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā pada Surat Al-Kafirun di atas merupakan sebuah seruan yang nyata dan terang terangan kepada orang-orang musyrik, bahwa kaum muslimin berlepas diri dari segala bentuk ibadah kepada selain Allah. Baik bentuk ibadah yang dilakukan secara lahir maupun bathin.
Site: Bina Qurani Islamic Boarding School, Image: Konsep Lakum Dinukum Waliyadin, Source: Photo by Michael B Pexels
Surat tersebut berisi seruan bahwa orang-orang musyrik tidaklah menyembah Allah dengan ikhlas dalam setiap amal ibadahnya. Mereka tidak benar-benar murni beribadah hanya untuk Allah. Ibadah yang dilakukan oleh orang-orang musyrik dengan disertai perbuatan syirik (kesyirikan) tidaklah disebut dengan ibadah.
Pada akhir ayat di dalam Surat Al-Kafirun tersebut, Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā menyatakan:
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ (6)
Artinya:
“Bagimu agamamu, dan bagiku agamaku.” (QS. Al-Kafirun: 6)
Berdasarkan penjelasan Ibnu Jarir Ath-Thabari dalam tafsirnya, tentang apa yang dimaksud dengan lakum dinukum waliyadin, beliau mengatakan bahwa:
“Bagi kalian agama kalian, jangan kalian tinggalkan selamanya karena itulah akhir hidup yang kalian pilih dan kalian sulit melepaskannya, begitu pula kalian akan mati di atas agama tersebut. Sedangkan untukku, apa yang kuanut. Akupun tidak akan meninggalkan agamaku selamanya. Karena sejak dahulu sudah diketahui bahwa aku tidak akan berpindah ke agama selain itu.”
Site: Bina Qurani Islamic Boarding School, Image: Konsep Lakum Dinukum Waliyadin, Source: Photo by Ibrahim Thaha Pexels
Di dalam Al-Bahr Al-Muhith juga disebutkan bahwa, “Bagi kalian kesyirikan yang kalian anut, dan bagiku berpegang teguh dengan ketauhidanku. Inilah yang dinamakan tidak loyal (berlepas diri dari segala bentuk peribadahan yang dilakukan orang-orang kafir).
Lakum dinukum waliyadin juga dapat dibagi menjadi dua makna, yaitu:
Ayat semisal juga Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā firman dalam beberapa surat yang lain, di antaranya yaitu:
قُلْ كُلٌّ يَعْمَلُ عَلَى شَاكِلَتِهِ
Artinya:
“Katakanlah: ‘Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing.” (QS. Al-Isra: 84)
أَنْتُمْ بَرِيئُونَ مِمَّا أَعْمَلُ وَأَنَا بَرِيءٌ مِمَّا تَعْمَلُونَ (41)
Artinya:
“Kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan, dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Yunus: 41)
Site: Bina Qurani Islamic Boarding School, Image: Konsep Lakum Dinukum Waliyadin, Source: Photo by Manprit Pexels
Lakum dinukum waliyadin adalah prinsip yang sudah diajarkan dalam akidah Islam. Islam tidak pernah sekalipun mengajarkan loyalitas kepada orang kafir. Islam mengajarkan agar umat muslim berlepas diri dari orang-orang kafir, dari peribadatan mereka, dair perayaan mereka, dan dari berbagai hal yang menyakut agama mereka.
Loyalitas kepada orang kafir tidak boleh ada pada diri seorang muslim, meskipun dengan ibu, bapak, saudara, kerabat, atau teman karib kita. Di antara bentuk loyalitas pada orang kafir adalah tasyabuh atau menyerupai orang kafir, dan turut serta dalam perayaan non muslim.
Tarsyabuh kepada orang kafir merupakan bentuk loyalitas seorang muslim kepada orang kafir. Tasyabuh adalah perbuatan menyerupai orang kafir, baik itu menyerupai dalam hal pakaian, maupun adat istiadat yang menjadi ciri khas orang kafir.
Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
Artinya:
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Abu Daud dan Ahmad)
Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā berfirman:
وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا (72)
Artinya:
“Dan orang-orang yang tidak menyaksikan perbuatan zur, dan apabila mereka bertemu dengan orang-orang yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui saja dengan menjaga kehormatan dirinya.” (QS. Al-Furqon: 72)
Pada ayat di atas dikatakan “tidak menyaksikan perbuatan zur”, makna dari tidak menyaksikan perbuatan zur adalah tidak menghadiri perayaan orang musyrik. Ini berarti turut serta dalam perayaan tersebut adalah suatu perbuatan yang sangat tercela dan termasuk aib.
Thumbnail Source: Photo by Anis C Unsplash
Artikel Terkait:
Islam Rahmatan Lil Alamin