Ki Hajar Dewantara adalah seorang tokoh yang mempunyai peran penting dalam usaha memerdekakan bangsa Indonesia melalui dunia pendidikan. Karena jasanya itulah, beliau ditetapkan sebagai pahlawan nasional dan mendapatkan gelar bapak pendidikan nasional.
Perjalanan hidup Ki Hajar Dewantara dalam dunia pendidikan sangatlah panjang, dan berliku. Tidak mudah bagi seorang Ki Hajar Dewantara memperjuangkan ideologi konsep pendidikan di zaman penjajahan kala itu. Ki Hajar Dewantara bahkan pernah ditangkap, ditahan, dan diasingkan ke Negeri Belanda karena pemikirannya yang melawan penjajagan Belanda.
Berikut ini perjalanan singkat hidup Ki Hajar Dewantara dan konsep pendidikan yang diusung oleh Ki Hajar Dewantara.
Site: Bina Qurani Islamic Boarding School, Image: Konsep Pendidikan Ki Hajar Dewantara, Source: Photo by Pixabay Pexels
Ki Hajar Dewantara merupakan putra Keraton yang lahir pada tanggal 2 Mei 1889 di Daerah Istimewa Yogyakarta dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ayah Ki Hajar Dewantara bernama G.P.H. Surjaningrat, putra Kanjeng Hadipati Harjo Surjo Sasraningrat yang bergelar Sri Paku Alam ke-III. Sedangkan Ibunya adalah seorang putri Keraton Yogyakarta, yang dikenal sebagai pewaris Kadilangu keturunan langsung Sunan Kalijogo.
Ki Hajar Dewantara menempuh pendidikan pertamanya di Europeesche Lagere School. Setelah lulus dari sekolah tersebut, Ki Hajar Dewantara kemudian melanjutkan pendidikannya ke STOVIA atau School Tot Opleiding Van Indische Arsten. Namun, Ki Hajar Dewantara tidak menamatkan pendidikannya di STOVIA. Ki Hajar justru mengikuti pendidikan sekolah guru yang disebut Lagere Oderwijs, hingga berhasil mendapatkan Ijazah.
Pada awal bulan Juli tahun 1913, Ki Hajar Dewantara Bersama Tjipto Mangunkusumo membentuk “Committee tot Herdenking van Honderdjarige Vrijheid” atau Panitia Peringatan 100 Tahun Kemerdekaan Nederland, yang dalam Bahasa Indonesia disebut sebagai “Komisi Bumi Putra”.
Komisi Bumi Putra merupakan pergerakan rakrat yang dibentuk untuk memprotes perayaan kemerdekaan Belanda dan mengerluarkan isi hati rakyat. Pergerakan ini merupakan bentuk penolakan karena adanya pemungutan uang rakyat untuk perayaan tersebut secara paksa hingga ke pelosok-pelosok. Namun karena banyaknya protes yang termuat dalam artikel dan tulisan pada brosur yang disebarkan, mereka akhirnya ditangkap dan ditahan. Ketiganya kemudian dikenakan hukuman dibuang atau di asingkan ke negeri Belanda.
Ketika berada di Belanda, Soewardi Soeryaningrat (Ki Hajar Dewantara) tertarik untuk mempelajari masalah-maslaah pendidikan dan pengajaran. Ia menambah pegetahuannya di dalam bidang pendidikan, dan pada tahun 1915 ia memperoleh akte guru. Proses pengasingan ini kemudian memunculkan ide-ide baru bagi Ki Hajar Dewantara dalam usaha menuju kemerdekaan Indonesia, dan Ki Hajar Dewantara menaruh perhatiannya terhadap pendidikan karakter bangsa.
Site: Bina Qurani Islamic Boarding School, Image: Konsep Pendidikan Ki Hajar Dewantara, Source: Photo by Akseleran
Ki Hajar Dewantara Kembali ke tanah air pada tahun 1918. Perjuangan meraih kemerdekaan Indonesia kembali dimulai dengan mendirikan Perguruan Nasioanl Tamansiswa pada tanggal 3 Juli 1992. Tamansiswa merupakan perguruan tinggi bercorak nasional yang menekankan rasa kebangsaan dan cinta tanah air serta semangat juang untuk memperoleh kemerdekaan.
Dalam perjuangan terhadap bangsanya, Ki Hajar Dewantara mempunyai semboyan khusus yang kita kenal sampai sekarang. Semboyan tersebut berbunyi:
Semboyan ini, masih tetap di pakai dalam dunia pendidikan Indonesia terutama di sekolah-sekolah Taman Siswa.
Dalam filososi pendidikan Ki Hajar Dewantara yang termuat dalam semboyan-semboyan di atas, Ki Hajar Dewantara menegaskan bahwa seorang guru hendaknya menjadi pribadi yang bermutu dalam kepribadian dan kerohanian. Dengan kata lain, yang diutamakan sebagai pendidik pertama-tama adalah fungsinya sebagai model atau figure keteladanan, baru kemudian menjadi fasilitator atau pengajar.
Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah tuntunan di dalam hidup dan tumbuhnya anak-anak. Adapun tujuan dari pendidikan adalah utuk menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
Site: Bina Qurani Islamic Boarding School, Image: Konsep Pendidikan Ki Hajar Dewantara, Source: Photo by Pixabay Pexels
Ki Hajar Dewantara menyebutkan bahwa dalam proses pendidikan meliputi tiga lingkungan, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan organisasi pemuda. Tiga lingkungan inilah yang disebut dengan Tri Pusat Pendidikan. Dimana lingkungan pendidikan ini memiliki fungsinya masing-masing.
Berikut lingkungan pendidikan dan fungsinya menurut konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara:
Pendidikan pada lingkungan keluarga berfungsi:
Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua di dalam lingkungan keluarga, terutama dalam ilmu pengetahuan dan berbagai macam keterampilan. Karena jika ditilik dari sejarahperkembangan profesi guru, tugas mengajar sebenarnya adalah pelimpahan dari tugas orang tua karena tidak mampu lagi memberikan pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap tertentu sesuai dengan perkembangan zaman.
Fungsi dari sekolah antara lain:
Site: Bina Qurani Islamic Boarding School, Image: Konsep Pendidikan Ki Hajar Dewantara, Source: Photo by Pixabay Pexels
Organisasi pemuda memiliki peran utama dalam mengupayakan pengembangan sosialisasi kehidupan pemuda. Melalui organisasi pemuda, berkembanglah semacam kesadaran sosial, kecakapan-kecakapan di dalam pergaulan dengan sesama (social skill) dan sikap yang tepat di dalam membina hubungan dengan sesama manusia (social attitude).
Dalam konsep trilogi pendidikan Ki Hajar Dewantara ada dua hal yang harus dibedakan secara mutlak, yaitu pengajaran dan pendidikan, namun harus bersinergi satu sama lain. Pengajaran merupakan kegiatan atau proses memerdekakan manusia dari aspek hidup lahiriah yaitu kemiskinan dan kebodohan. Sedangkan pendidikan yaitu proses kegiatan yang mengarah pada memerdekakan manusia dari aspek hidup batin. Dengan kata lain, pendidikan adalah otonomi berpikir dan mengambil keputusan, martabat, serta mentalitas demokratik.
Menurut Ki Hajar Dewantara, system pendidikan yang sebenarnya adalah bersifat mengasuh, melindungi, dan meneladani. Maka untuk dapat mencapai ini, perlulah ketetapan pikiran dan batin yang akan menentukan kualitas seseorang sehingga rasa mantap tadi dapat tercapai.
Sifat umum pendidikan yang Ki Hajar Dewantara canangkan adalah segala daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect), dan tubuh anak. Bagian-bagian tersebut tidak boleh dipisahkan, agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, yaitu kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras dengan dunianya.
Itulah, beberapa trilogi konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara dalam usaha memerdekakan bangsa Indonesia dari kebodohan, kemiskinan, dan ketertindasan.
Thumbnail Source: Photo by Maxres Default
Artikel Terkait:
Fungsi Pendidikan Karakter