Sebagaimana yang telah disebutkan pada tulisan sebelumnya, bahwa shahabat atau Ash-Shahabah adalah orang-orang yang bertemu dengan Nabi Muhammad Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam, beriman kepada beliau, dan meninggal dunia di atas keimanan.
Meyakini bahwa mereka adalah orang-orang yang paling utama dan paling baik masanya dari umat ini adalah suatu kewajiban bagi seorang muslim. Sebab, mereka para shahabat lebih dahulu (beriman), istimewa karena hidup dan berjihad bersama Nabi Muhammad Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam, mengemban dan menyampaikan syariat islam kepada orang-orang yang datang sesudah mereka.
Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā pun memuji mereka dalam kitab-Nya:
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (100)
Artinya:
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā. Dan Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah: 100)
Bina-Qurani-Larangan-Mencela-Shahabat-Photo-by-Walid-Pexels
Begitu mulianya para shahabat di sisi perjuangan Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam, maka setiap muslim dilarang untuk mencela shahabat Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam.
Adapun prinsip Ahlussunnah wal Jama’ah ialah bahwa hati dan lisan mereka tidak mau mencela para shahabat Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā dalam firman-Nya:
وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ (10)
Artinya:
“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa, ‘Ya Rabb kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian di dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (QS. Hasyr: 10)
Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam juga bersabda:
لَا تَسُبُّوا أَصْحَابِي، فَلَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ، وَلَا نَصِيفَهُ
Artinya:
“Janganlah kalian mencela para shahabatku. Sebab, demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, sekiranya salah seorang dari kalian menginfakkan emas sebesar gunung Uhud, sungguh itu tidaklah dapat menyamai satu mud dari sedekah salah satu dari mereka, bahkan setengahnya sekalipun tidak.” (HR. Bukhari Muslim)
Bina-Qurani-Larangan-Mencela-Shahabat-Photo-by-Mostafa-Pexels
Ahlussunnah wal Jamaah sepenuhnya menerima keutamaan-keutamaan mereka yang disebutkan di dalam Alquran dan Assunnah. Mereka juga yakin bahwa para shahabat adalah generasi umat yang paling baik sebagaimana sabda Nabi Muhammad Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam:
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي
Artinya:
“Yang terbaik dari kalian adalah generasi masaku.” (HR. Bukhari Muslim)
Saat menyebutkan bahwa umat ini akan terpecah menjadi 73 golongan, semuanya masuk neraka kecuali satu, para shahabat menanyakan kepada beliau Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam perihal satu golongan yang selamat ini. Maka beliau menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang meniti jalan yang kulalui bersama para shahabatku.”
Dikutip dari: Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, Aqidatut Tauhid Kitabut Tauhid lis-Shaff Al-Awwal – Ats-Tsalis – Al-Aly. Edisi terjemah: Alih Bahasa Syahirul Alim Al-Adib, Lc., Kitab Tauhid, (Jakarta: Ummul Qura, 2018), 434-435.
Thumbnail Source: Photo by Abdel Aziz Pexels
Artikel Terkait:
Definisi Shahabat dan Kewajiban terhadap Mereka