Dr. Ade Wahidin, Lc., M.Pd.I.
Pengasuh Bina Qurani Islamic School
Salah satu unsur manajemen yang cukup signifikan adalah aktivasi atau penggiatan dari apa yang sudah direncanakan atau diprogramkan. Karena bagi George DR Terry unsur actuating atau aktivasi/penggiatan merupakan tindakan khas dari manajemen. (Manajemen Kurikulum Sekolah Islami, 2019). Artinya tidak dikatakan manajemen jika tidak ada aktivitas actuating atau penggiatan.
Jika unsur actuating atau aktivasi/penggiatan ini dikaitkan dengan sekolah Islam, maka tidak dipungkiri tidak sedikit di antara lembaga pendidikan Islam baik yang formal maupun non formal terbilang lemah dalam menerapkan unsur manajemen yang satu ini.
Secara spesifik sekolah Islam yang formal, yang mungkin secara fasilitas lebih memadai daripada yang non formal, secara peringkat juga masih terbilang lemah untuk ukuran negara Indonesia yang mana secara lembaga pendidikan didominasi oleh sekolah-sekolah Islam. Dari 100 sekolah SMA terbaik di Indonesia dari peringkat 1-10 didominasi oleh bukan sekolah Islam, bahkan 7 di antara peringkat 1-10 adalah sekolah Kristen. Hal ini berdasarkan dari data Kemendikbud RI tentang nilai rata-rata UN tahun 2019, disebabkan tahun 2020 tidak ada UN karena wabah Covid-19. (campuspedia.id, 2020).
Memang peringkat di atas bukanlah satu-satunya tolok ukur keberhasilan sebuah sekolah dalam menerapkan prinsip actuating. Di samping itu, bisa jadi ada faktor-faktor lain baik teknis maupun non teknis yang menghambat lajunya prestasi sekolah Islam.
Harus diakui bahwa lembaga pendidikan Islam baik yang formal maupun non formal secara filosofis memiliki visi misi yang cukup mendukung terwujudnya sekolah yang berprestasi. Karena dalam proses perumusannya, biasanya berdasarkan landasan Alquran dan Hadis sebagai sumber utama agama Islam. Mulai visi misi yang menitikberatkan aspek kognitif, afektif sampai kepada aspek psikomotorik.
Secara teoritis Alquran mengisyaratkan tentang lemahnya actuating pada orang-orang beriman yang terpengaruh dengan tindakan-tindakan orang-orang Munafik sehingga Allah secara tegas agar orang-orang beriman fokus pada tataran aplikasi dan actuating, Allah berfirman:
وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Dan katakanlah, “Bekerjalah kalian, maka Allah akan melihat pekerjaan kalian, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kalian akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kalian apa yang telah kalian kerjakan.” (QS. At-Taubah [09]: 105)
Tentu masalah actuating merupakan masalah klasik yang seringkali susah dihilangkan oleh sebagian lembaga pendidikan Islam. Ada beberapa usulan yang bisa dimajukan sebagai solusi untuk meningkatkan prestasi sekolah Islam, yaitu:
Pertama, remaindsett terhadap para akademisi dan praktisi pendidikan Islam yang begitu kuat memegang prinsip tentang dikotomi ilmu. Untuk saat ini di era revolusi industri 4.0 perlu dipertimbangkan prinsip integrasi ilmu antara ilmu umum dengan ilmu agama sebagai jembatan untuk mengejar ketertinggalan prestasi sekolah dengan sekolah umum apalagi dengan sekolah Kristen.
Kedua, melihat kembali visi misi yang dirumuskan oleh sekolah Islam selama ini. Seberapa besar bobot untuk ilmu-ilmu umum yang secara garis besar menjadi simbol prestasi sekolah di tingkat nasional. Tidak ada salahnya jika alokasi waktu untuk pelajaran umum juga sama besarnya dengan pelajaran agama. Karena memang secara prinsip, umat Islam tidak boleh melupakan urusan dunia apalagi urusan duniawi tersebut menopang kelancaran urusan ukhrawi.
Ketiga, indoktrinasi actuating yang lebih masif. Prinsip actuating atau penggiatan akan masif dilakukan jika setiap pihak yang terlibat dalam lembaga pendidikan Islam ikut aktif menyuarakannya, terutama para pengurus, pendidik, dan tenaga kependidikan yang ada di lembaga pendidikan Islam tersebut. Dengan demikian, imbas dari masifnya actuating ini diharapkan dapat menumbuhkan kreatifitas para pendidik, tenaga pendidik, dan peserta didik untuk melakukan banyak praktikum ilmu pengetahuan umum. Mungkin praktikum ilmu pengetahuan umum sudah ada di sekolah Islam, tetapi perlu digiatkan lagi.
Berdasarakan uraian tersebut, sangat dimungkinkan output yang kuat secara Iman dan Takwa (IMTAK) dan unggul secara Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dapat terwujud secara merata di sekolah-sekolah Islam. Imbasnya, kondisi ini secara otomatis akan mengangkat prestasi sekolah Islam di tingkat nasional, sehingga bukan angan-angan lagi di masa depan 10 peringkat pertama sekolah terbaik tingkat nasional adalah semuanya dari sekolah Islam.
Source : Photo by Dokter Sehat
#Actuating #Ade Wahidin #Manajemen Pendidikan #Sekolah Islam