Generic selectors
Exact matches only
Search in title
Search in content
Post Type Selectors

Menyikapi Tahun Baru Masehi

Bina-Qurani-Menyikapi-Tahun-Baru-Masehi
Menyikapi Tahun Baru Masehi

Hiruk pikuk dan hingar bingar di malam perayaan tahun baru seakan tiada hentinya. Jalananan terlihat begitu penuh dan sesak, hingga terjadi kemacetan dimana-mana. Langit malam dipenuhi nyala kembang api dengan ragam jenis dan warnanya. Suara terompet, musik, dan nyanyian, terdengar di setiap penjuru kota. Bising suara kendaraan, serta gelak tawa setiap manusia begitu terdengar di telinga.

Pria dan wanita, dari yang muda hingga yang tua ikut berkumpul, berkhalwat, bercampur baur hingga larut malam demi menantikan detik-detik momen pergantian tahun. Merasa gembira dan Bahagia di tengah perayaan yang notabene adalah perayaan kaum kafir atau non-muslim.

Beginikah cara menyikapi tahun baru masehi bagi umat Islam? Tentu bukan!

Islam adalah agama yang mulia lagi sempurna, syariatnya telah sempurna dalam mengatur berbagai norma dan aturan bagi kehidupan manusia. Islam tidak pernah mengajarkan hal-hal demikian di dalam syariatnya, terkait perayaan malam tahun baru masehi.

Lalu bagaimanakah cara menyikapi tahun baru masehi bagi umat Islam? Berikut kami tuliskan beberapa cara menyikapi tahun baru masehi bagi umat Islam.

Cara Kaum Muslimin dalam Menyikapi Tahun Baru Masehi

Di dalam kitab suci Alquran dan Hadis Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam, syariat Islam telah mengatur tentang bagaimana cara menyikapi tahun baru masehi bagi umat Islam.

Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menyikapi tahun baru masehi bagi umat Islam:

1. Meninggalkan atau Tidak Ikut-ikutan dalam Perayaan Tahun Baru Masehi

Salah satu cara yang paling utama dalam menyikapi tahun baru masehi bagi umat Islam adalah, meninggalkan perayaan tersebut dan tidak larut dalam momen perayaan pergantian tahun. Cara ini adalah cara yang paling selamat, agar kita tidak terjerumus pada kubangan kemaksiatan yang terjadi pada momen perayaan tahun baru.

Merayakan tahun baru masehi merupakan suatu perbuatan yang dilarang dalam Islam. Perayaan tahun baru masehi merupakan perayaan yang sama sekali bukan berasal dari budaya maupun kebiasaan kaum muslimin. Perayaan tahun baru masehi adalah sebuah perayaan yang pertama kali dilakukan oleh orang kafir, yaitu masyarakat paganis romawi.

Menurut Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid, ikut serta dalam perayaan tahun baru adalah suatu bentuk kemungkaran yang tidak boleh dilakukan oleh seorang muslim. Karena sudah diketahui bersama bahwa kaum muslimin hanya memiliki dua hari raya yang patut untuk dirayakan, yaitu hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, serta hari besar pekanan yaitu hari Jumat.

Meniru-niru perbuatan non-muslim atau kaum kafir merupakan perbuatan yang tergolong pada dua perkara, yaitu:

  • Perbuatan Bidah – Dikatakan sebagai perbuatan bidah yaitu ketika dalam merayakan momen tahun baru, dilakukan dengan berbagai bentuk perayaan ibadah. Dimana ibadah yang dilakukan ini sama sekali tidak diajarkan oleh Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā dan Rasul-Nya.
  • Tasyabuh atau Menyerupai Orang Kafir – Dikatakan tasyabuh atau menyeripai orang kafir yaitu apabila perayaan pergantian tahun yang dilakukan mengikuti adat atau kebiasaan kaum kafir.

Turut serta dalam merayakan tahun baru merupakan bentuk tasyabuh atau menyerupai serta meniru kebiasaan mereka. Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam melarang umatnya untuk meniru kebiasaan orang kafir.

Abu Ubaidah Raḍiallāhu ‘Anhu meriwayatkan hadis bahwa Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda,

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

Artinya:

“Siapa yang meniru kebiasaan satu kaum, maka dia termasuk bagian dari kaum tersebut.” (HR. Abu Daud)

Abdullah bin Amr bin Ash mengatakan bahwa, “Siapa yang tinggal di negeri kafir, ikut merayakan Nairuz dan Mihrajan, dan meniru kebiasaan mereka sampai mati, maka dia menjadi orang yang rugi pada hari kiamat.”

Oleh karena itu, cara yang paling utama dalam menyikapi tahun baru masehi bagi umat Islam adalah berusaha sekuat tenaga untuk menjauh, menghindar, meninggalkan, dan tidak ikut-ikutan dalam perayaan tersebut.

Bina-Qurani-Menyikapi-Tahun-Baru-Masehi

Site: Bina Qurani Islamic Boarding School, Image: Menyikapi Tahun Baru Masehi, Source: Photo by Monstera Pexels

2. Membiarkan Kaum Kafir Merayakannya dan Tidak Memancing Keributan

Cara kedua dalam menyikapi tahun baru masehi bagi umat Islam adalah membiarkan kaum kafir merayakannya. Pembiaran ini merupakan sikap toleransi dimana seorang muslim tidak ikut campur, tidak melarang kaum kafir, dan tidak melakukan hal-hal yang dapat memicu keributan dan kerusakan.

Hal ini merupakan prinsip Lakum Diinukum Wa Liya Diin yang diajarkan oleh Islam. Prinsip ini merupakan sikap toleransi, dimana seorang muslim membiarkan kaum kafir untuk melakukan berbagai ibadah dan perayaan menurut kepercayaannya, serta tidak turut serta dalam memeriahkan atau mengucapkan selamat.

Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā berfirman,

لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ (6)

Artinya:

“Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.” (QS. Al-Kaafirun [109]: 06)

Di dalam ayat lain Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā juga berfirman,

أَنْتُمْ بَرِيئُونَ مِمَّا أَعْمَلُ وَأَنَا بَرِيءٌ مِمَّا تَعْمَلُونَ (41)

Artinya:

“Kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Yunus [10]: 41)

Dalam ayat lain, Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā juga kembali menegaskan prinsip ini melalui firman-Nya,

لَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ

Artinya:

“Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu.” (QS. Al-Qashash [28]: 55)

3. Berdoa Memohon Perlindungan Agar Terhindar dari Fitnah Tahun Baru

Cara ketiga yang dapat dilakukan dalam menyikapi tahun baru masehi bagi umat Islam adalah berdoa memohon perlindungan kepada Allah. Setelah segala bentuk usaha dan ikhtiar dilakukan, hal selanjutnya yang perlu dilakukan oleh seorang muslim adalah berdoa.

Berdoa kepada Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā memohon perlindungan dari-Nya agar terhindar dari fitnah dunia, khususnya fitnah-fitnah yang dapat terjadi pada momen perayaan tahun baru.

Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam mengajarkan kepada kita sebuah doa memohon perlindungan dari siksa Neraka, siksa Kubur, fitnah kehidupan dan fitnah setelah mati, serta dari kejahatan finah Dajjal.

Berikut ini bacaan doanya,

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu siksa neraka Jahannam, dari siksa kubur, fitnah kehidupan dan setelah mati, serta dari kejahatan fitnah al-Masih al-Dajjal.” (HR. Muslim)

Doa tersebut sangat jelas memaparkan akan banyaknya balasan dari setiap keburukan. Sehingga memohon perlinduangan dari 4 hal adalah doa penting yang harus diamalkan. Demi Allah, kebahagiaan seseorang adalah saat dilindungi dan diselamatkan dari siksa kubur, siksa jahanam, ujian saat hidup dan ketika mati, serta sesatnya fitnah Dajjal.

Demikianlah, tiga cara yang dapat dilakukan dalam menyikapi tahun baru masehi bagi umat Islam. Semoga Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā senantiasa memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kita terhindar dari segala macam perbuatan yang dilarang oleh agama.

Thumbnail Source: Photo by Alena Pexels

Artikel Terkait:
Hukum Meniru Kaum Kafir, Macam, dan Dampaknya

TAGS
#adab penuntut ilmu #adab sebelum ilmu #Adab #Akidah #Alquran 30 Juz #Generasi Qurani #Keutamaan Membaca Alquran #Belajar Alquran #Bina Qurani #Menghafal Alquran #Sekolah Islam #Sekolah Tahfiz
© 2023 BQ Islamic Boarding School, All Rights reserved
Login