La ilaha illallah mempunyai dua rukun, yaitu:
Makna dua rukun ini banyak disebut dalam ayat Alquran, seperti firman Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā,
فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى
Artinya:
“Barangsiapa yang ingkat kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat.” (QS. Al-Baqarah [02]: 256)
Firman Allah. “Siapa yang ingkat kepada thaghut” adalah makna dari لااله yang merupakan rukun pertama. Sedangkan firman Allah, “dan beriman kepada Allah” adalah makna dari rukun kedua الاالله.
Site: Bina Qurani Islamic School, Image: Rukun Syahadatain, Source: Photo by The Dancing Rain on Unsplash
Begitu pula firman Allah kepada Nabi Ibrahim,
إِنَّنِي بَرَاءٌ مِمَّا تَعْبُدُونَ (26) إِلَّا الَّذِي فَطَرَنِي
Artinya:
“Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah, tetapi aku menyembah Tuhan yang menjadikanku.” (QS. Az-Zukhruf [43]: 26-27)
Firman Allah, “Sesungguhnya aku berlepas diri” ini adalah makna nafyu atau peniadaan dalam rukun pertama. Sedangkan perkataan, “Tetapi aku menyembah Tuhan yang menjadikanku” adalah makna itsbat atau penetapan pada rukun kedua.
Syahadat ini juga mempunyai dua rukun, yaitu kalimat عبده (hamba-Nya) dan ورسوله (utusan-Nya). Dua rukun ini menafikan ifrath (berlebih-lebihan) dan tafrith (meremehkan) pada hak Rasulullah. Beliau adalah hamba dan rasul-Nya. Beliau adalah makhluk yang paling sempurna dalam dua sifat yang mulia ini.
Al-abdu di sini artinya hamba yang menyembah. Maksudnya, beliau adalah manusia yang diciptakan dari bahan yang sama dengan bahan ciptaan manusia lainnya. Demikian pula berlaku atas beliau aoa yang berlaku atas orang lain sebagaimana firman Allah,
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ
Artinya:
“Katakanlah, ‘Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu’.” (QS. Al-Kahfi [18]: 110)
Site: Bina Qurani Islamic School, Image: Rukun Syahadatain, Source: Photo by Adli Wahid on Unsplash
Beliau telah memberikan hak ubudiyah kepada Allah dengan sebenar-benarnya, dan karenanya Allah memujinya:
أَلَيْسَ اللَّهُ بِكَافٍ عَبْدَهُ
Artinya:
“Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hamba-Nya?” (QS. Az-Zumar [39]: 36)
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَى عَبْدِهِ الْكِتَابَ
Artinya:
“Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al-Kitab (Alquran).” (QS. Al-Kahfi [18]: 01)
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ
Artinya:
“Mahasuci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al-Masjid Al-Haram.” (QS. Al-Isra [17]: 01)
Adapun rasul, artinya orang yang diutus kepada seluruh manusia dengan misi dakwah kepada Allah sebagai basyir (pemberi kabar gembira) dan nadzir (pemberi peringatan).
Site: Bina Qurani Islamic School, Image: Rukun Syahadatain, Source: Photo by Adli Wahid on Unsplash
Persaksian untuk Rasulullah dengan dua sifat ini meniadakan ifrath dan tafrith pada hak beliau. Karena banyak orang yang mengaku umatnya lalu melebihkan haknya atau mengkultuskannya hingga mengangkatnya di atas martabat sebagai hamba hingga kepada martabat ibadah (penyembahan) untuknya selain dari Allah.
Mereka beristighasah (minta pertolongan) kepada beliau, dari selain Allah. Juga meminta kepada beliau apa yang tidak sanggup melakukannya selain Allah, seperti memenuhi hajat dan menghilangkan kesulitan. Tetapi, di pihak lain sebagian orang meningkari kerasulannya atau mengurangi haknya sehingga ia bergantung kepada pendapat-pendapat yang menyalahi ajarannya serta memaksakan diri dalam menakwilkan hadis-hadis dan hukum-hukumnya.
Dikutip dari: Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, Aqidatut Tauhid Kitabut Tauhid lis-Shaff Al-Awwal – Ats-Tsalis – Al-Aly. Edisi terjemah: Alih Bahasa Syahirul Alim Al-Adib, Lc., Kitab Tauhid, (Jakarta: Ummul Qura, 2018), 43-44.
Thumbnail Source: Photo by Muhammad Amaan on Unsplash
Artikel Terkait:
Makna Syahadatain