Di antara shalat sunnah yang utama untuk dikerjakan oleh seorang muslim, disamping mengerjakan shalat fardhu lima waktu adalah shalat dhuha. Shalat dhuha adalah ibadah sunnah yang disebut pula sebagai shalat awwabin.
Shalat dhuha ini setara dengan memberikan sedekah untuk semua persendian seseorang.
Abu Dzar Raḍiallāhu ‘Anhu meriwayatkan hadis bahwa Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلاَمَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْىٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى
“Di pagi hari ada kewajiban bagi seluruh persendian kalian untuk bersedekah. Maka setiap bacaan tasbih adalah sedekah, setiap bacaan tahmid adalah sedekah, setiap bacaan tahlil adalah sedekah, dan setiap bacaan takbir adalah sedekah. Demikian juga amar ma’ruf dan nahi munkar adalah sedekah. Semua ini bisa dicukupi dengan melaksanakan shalat dhuha sebanyak dua rakaat.” (HR. Muslim)
Site: Bina Qurani Islamic Boarding School, Image: Sholat Dhuha, Source: Photo by Masjid Pogung Dalangan From Unsplash
Dalil lain yang menunjukkan bahwa hukum Sholat Dhuha adalah sunah yaitu wasiat yang diberikan oleh Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam kepada Abu Hurairah Raḍiallāhu ‘Anhu.
Abu Hurairah Raḍiallāhu ‘Anhu meriwayatkan hadis bahwa Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
أَوْصَانِي خَلِيلِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِثَلَاثٍ صِيَامِ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَرَكْعَتَيِ الضُّحَى وَأَنْ أُوتِرَ قَبْلَ أَنْ أَنَامَ
“Kekasihku, Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam mewasiatkan tiga nasihat kepadaku: Berpuasa tiga hari setiap bulannya, Melaksanakan Sholat Dhuha dua rakaat, dan Berwitir sebelum tidur.” (HR. Bukhari)
Waktu shalat dhuha dimulai setelah terbitnya matahari setinggi tombak hingga mendekati waktu Dzhuhur. Namun demikian, yang paling utama adalah dilakukan pada waktu matahari telah tinggi dan sinarnya mulai terasa panas. Hal ini berdasarkan sabda Nabi Muhammad Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam,
“Shalat Awwabin dilakukan ketika anak unta sudah merasa kepanasan pada waktu dhuha.” (HR. Muslim)
Maksudnya, ketika pasir terasa panas bagi anak unta yang masih kecil. Yaitu ketika terik matahari sudah terasa panas.
Site: Bina Qurani Islamic Boarding School, Image: Sholat Dhuha, Source: Photo by Freepik
Jumlah rakaat shalat dhuha paling sedikit adalah dua rakaaat dan disunnahkan delapan rakaat atau lebih. Disebutkan dari Ummu Hani’ bahwa Nabi Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam pada hari Fat-hu Makkah mandi di rumahnya, lalu mengerjakan shalat Dhuha delapan rakaat. (HR. Bukhari Muslim)
Dan disyariatkan mengerjakannya lebih dari delapan rakaat. Hal ini berdasarkan hadits Mu’adzah yang berkata,
“Aku pernah bertanya kepada ‘Aisyah, ‘Apakah Nabi Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam biasa mengerjakan shalat Dhuha?’ Ia menjawab, ‘Iya. Empat rakaat dan menambahnya sesuai kehendaknya.’” (HR. Muslim)
Dikutip dari: Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim, Fiqhus Sunnah Lin Nisa’ Wama Yajibu an Ta’rifahu Kullu Muslimatin min Ahkam. Edisi terjemah: Alih Bahasa M. Taqdir Arsyad, Fikih Sunnah Wanita Panduan Lengkap Wanita Muslimah, (Bogor: Griya Ilmu, 2019), 166-167.
Thumbnail Source: Photo by Thirdman Pexels
Artikel Terkait:
Qiyamul Lail (Shalat Malam)