Istisqa adalah permohonan meminta as saqa, yaitu diturunkannya hujan kepada sebuah negeri atau kepada orang-orang. Namun di kalangan ahli fiqih, sudah dipahami jika disebut shalat istisqa, yang dimaksud adalah shalat yang dilakukan sebagai bentuk permohonan kepada Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā agar diturunkan hujan di sebuah negeri.
Hukum shalat Istisqa adalah sunnah muakkadah (sangat ditekankan) ketika terjadi musim kering. Hal ini sebagaimana yang diperintahkan oleh Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam kepada kaumnya ketika terjadi musim kering yang tak kunjung turun hujan.
Apabila hujan tak kunjung turun dan tanah menjadi kering, maka orang-orang disunnahkan keluar menuju tanah lapang untuk melaksanakan shalat istisqa (shalat meminta hujan). Shalat ini berjumlah dua rakaat dan dipimpin oleh seorang imam. Hendaklah memperbanyak doa dan istighfar di dalamnya.
Disebutkan dari Abdullah bin Zaid bahwa ia berkata, “Aku pernah melihat Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam keluar menunaikan shalat istisqa. Kemudian beliau membelakangi orang banyak dan menghadap kiblat sambil berdoa. Setelah itu beliau memindahkan selendangnya kemudian mengerjakan shalat dua rakaat dan mengeraskan bacaannya.” (HR. Bukhari dan Abu Daud)
Site: Bina Qurani Islamic Boarding School, Image: Shalat Istisqa Memohon Hujan, Source: Photo by Zohrab R Pexels
Di antara sunnah-sunnah dalam shalat istisqa yaitu:
Keluar menuju tempat shalat bersama imam dengan merendahkan diri, tunduk, dan tawadhu’.
Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas bahwa ia berkata, “Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam pernah keluar dengan merendahkandiri, tunduk, dan tawadhu’ hingga tiba di tempat shalat. Kemudian beliau naik mimbar. Beliau tidak berkhutbah seperti khutbah kalian ini, tetapi beliau terus-menerus berdoa, merendahkan diri, dan bertakbir. Kemudian beliau mengerjakan shalat dua rakaat sebagaimana shalat dua hari raya Ied.” (HR. Abu Daud)
Imam berkhutbah sebelum atau setelah shalat di atas mimbar yang telah disediakan.
Imam berdoa dan banyak memohon sambil berdiri menghadap kiblat, mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi, dan menjadikan punggung telapak tangannya mengarah ke langit, dan imam memindahkan selendengnya. Para jamaah pun hendaknya mengangkat tangan mereka.
Hal ini berdasarkan hadits Abdullah bin Zaid di atas. Di samping itu, juga berdasarkan hadits Anas yang menyebutkan bahwa Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam pernah memohon hujan lalu berisyarat dengan punggung kedua telapak tangan beliau ke arah langit.” (HR. Muslim)
Imam memindahkan selendangnya, artinya memindahkan bagan selendang yang di sebelah kanan ke sebelah kiri dan sebaliknya. Ada yang mengatakan bahwa beliau membalik selendang bagian luar berada dalam dan sebaliknya. Hikmahnya adalah harapan baik yang akan terjadi berupa perubahan keadaan. Hal ini dilakukan setelah selesai berkhutbah.
Site: Bina Qurani Islamic Boarding School, Image: Shalat Istisqa Memohon Hujan, Source: Photo by Zohrab R Pexels
Imam mengimami jamaah melaksanakan shalat dua rakaat sebagaimana shalat Ied dan mengeraskan bacaannya sebagaimana disebutkan dlaam hadits Ibnu ‘Abbas.
Imam dibolehkan memohon hujan berdoa memohon hujan ketika shalat Jumat di atas mimbar. Boleh juga berdoa di dalam masjid selain pada waktu shalat Jumat, tetapi tidak dengan melakukan shalat dan tidak keluar untuk melakukan shalt di mushalla (tanah lapang). Semua ini berasal dari Nabi Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam.
Dikutip dari: Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim, Fiqhus Sunnah Lin Nisa’ Wama Yajibu an Ta’rifahu Kullu Muslimatin min Ahkam. Edisi terjemah: Alih Bahasa M. Taqdir Arsyad, Fikih Sunnah Wanita Panduan Lengkap Wanita Muslimah, (Bogor: Griya Ilmu, 2019), 172-173.
Thumbnail Source: Photo by Tima M Pexels
Artikel Terkait:
Shalat Rawatib