Generic selectors
Exact matches only
Search in title
Search in content
Post Type Selectors

Sumber Pendapatan Negara

Bina-Qurani-Sumber-Pendapatan-Negara

Sejarah penetapan sumber-sumber pendapatan dan pengeluaran negara dalam Islam ditetapkan secara bertahap. Pada periode Mekah belum ditetapkan berbagai rincian ibadah dan muamalah, termasuk keuangan publik Islam berkaitan dengan sumber pendapatan dan pengeluaran yang dikelola oleh negara.

Sekalipun demikian, syariat zakat sudah ada sejak awal Islam sebelum berdirinya institusi negara Islam di Madinah. Hanya saja pada periode Mekah, perintah mengeluarkan zakat masih bersifat mutlak. Kadar yang dikeluarkan masih bersifat suka rela belum ada ketentuan jenis harta, kadar yang harus dikeluarkan zakatnya, serta orang-orang yang berhak menerima harta zakat.[1]

Dakwah Islam yang dibawa oleh Rasulullah S.A.W. terus berkembang dan meluas. Madinah merupakan tempat hijrah umat Islam setelah mereka mengalami berbagai macam tekanan atas keislaman mereka di Mekah. Setibanya mereka di Madinah, ternyata penduduk asli Madinah berbondong-bondong memeluk Islam. Sehingga tidak tersisa satu rumah pun melainkan penghuninya masuk Islam. Kecuali hanya beberapa kabilah yang tetap berada di atas agama lamanya.

Kehidupan di Madinah berubah setelah Rasulullah S.A.W. hijrah ke Madinah. Beliau berhasil membentuk masyarakat Islam yang baru, menciptakan kesatuan akidah, politik, dan sistem kehidupan bermasyarakat di Madinah. Beliau juga membuat perjanjian dengan penduduk Madinah yang beragama Yahudi. Inti dari perjanjian tersebut adalah memberikan kebebasan menjalankan agama, memutar kekayaan,dan tidak boleh saling menyerang serta memusuhi. Butir-butir perjanjian ini disebut dan dikenal dengan piagam Madinah. Dengan terbentuknya tatanan masyarakat islami dan adanya perjanjian Piagam Madinah ini, maka Madinah dengan sendirinya terbentuk sebagai sebuah negara dengan Rasulullah S.A.W. sebagai kepala negara.[2]

Bina-Qurani-Sumber-Pendapatan-Negara

Site: Bina Qurani Islamic Boarding Schoo, Image: Sumber Pendapatan Negara, Source: Photo by Andrea Pexels

Pada tahun awal disepakatinya piagam Madinah, hampir tidak ada sumber pemasukan khusus sebagai sumber keuangan untuk kebutuhan negara. Seluruh tugas negara dilaksanakan secara gotong-royong dan sukarela oleh kaum muslimin. Bahkan Rasulullah S.A.W. sendiri sebagai kepala negara dan pemimpin tertinggi tidak diberi gaji khusus per bulan. Pada periode beliau S.A.W. juga belum  ada tentara negara khsusus atau pegawai-pegawai tertentu. Tugas dan kebutuhan kenegaraan Rasulullah S.A.W. dibantu umat Islam secara sukarela. Kemudian, secara berangsur turun beberapa syariat yang mengatur tentang harta yang dikelola oleh Rasulullah S.A.W. yang sekaligus sebagai pimpinan tertinggi.[3]

Perubahan kondisi terjadi setelah turunnya surat al-’Anfāl ayat 41 pada tahun kedua Hijriah. Allah S.W.T. menghalalkan harta ghanīmah pada syariat yang dibawa Nabi Muhammad S.A.W. dengan menjelaskan rincian pembagian harta ghanīmah tersebut. Allah S.W.T. berfirman:

 وَاعْلَمُوا أَنَّمَا غَنِمْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَأَنَّ لِلهِ خُمُسَهُ وَلِلرَّسُولِ وَلِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَابْنِ السَّبِيلِ إِنْ كُنْتُمْ آمَنْتُمْ بِاللهِ وَمَا أَنْزَلْنَا عَلَى عَبْدِنَا يَوْمَ الْفُرْقَانِ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعَانِ وَاللهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Artinya:

“Dan ketahuilah, sesungguhnya segala yang kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak yatim, orang miskin, dan ibnu sabil, (demikian) jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqān, yaitu pada hari bertemunya dua pasukan. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (Q.S Al-’Anfāl [8]: 41)[4]

al-Ṭabarī,[5] Ibnu Kathīr,[6] dan al-Shaukānī[7] menjelaskan bahwa ayat ini berkaitan dengan harta ghanīmah, yaitu Allah S.W.T. menghalalkan harta ghanīmah  khusus untuk umat Rasulullah S.A.W.  dan dijelaskan pula tentang tata cara pembagiannya. Lebih lanjut, Ibnu Kathīr menjelaskan bahwa yang dimaksud “Pada hari al-Furqūn” dalam ayat ini adalah pada pada hari perang Badar.[8]

Pasukan kaum muslimin meraih kemenangan pada peperangan ini dan berhasil menawan 70 pasukan musyrik. Dari jumlah tawanan tersebut hanya dua orang yang dieksekusi mati dikarenakan kejahatan dan keburukan yang telah mereka perbuat. Selebihnya ada yang ditebus dengan harta atau mengajarkan baca tulis. Adapula yang dibebaskan tanpa syarat karena tidak mampu menebus dan tidak mampu pula mengajarkan baca tulis. Pada saat itu ditetapkan sebasar 4000 dirham untuk setiap satu orang tawanan sebagai uang tebusan. Perang Badar sendiri terjadi pada hari Jumat pagi tanggal 17 Ramadan tahun 2 hijriah.[9]

Bina-Qurani-Sumber-Pendapatan-Negara

Site: Bina Qurani Islamic Boarding Schoo, Image: Sumber Pendapatan Negara, Source: Photo by Haley Pexels

==========

[1] Sayyid Sābiq, Fiqh al-Sunnah, Takhrīj Muhammad Nāṣiruddīn al-Albānī, (Beirūt: Mu’asasah al-Risālah, 2003), 1, 309-317, Mannā’ al-Qaṭān, Mabāhith Fī ‘Ulūm al-Qurān, (Beirūt: Mu’asasah al-Risālah, 1998), 57-58, Muhammad ibn Ṣāleh al-‘Uthaimīn, Syarḥ Ushūl Fī al-Tafsīr, (al-Qāhirah: Dār Ibn al-Jauzī, 2005), 172-173.

[2] Mahdi Rizqullah Ahmad, Biografi Rasulullah; Sebuah Studi Analisis Berdasarkan Sumber-sumber yang Otentik, (Jakarta: Qisti Press, 2009), 378-396. ‘Abd al-Salām Hārun, Tahdhīb Sīrah Ibn Hishām, (Beirūt: Mu’asasah al-Risālah, 2002), 98-103. Ṣafiyu al-Raḥmān al-Mubārakfūrī, al-Rahīq al-Makhtūm, (Madinah: Dār al-Wafā‘ dan Dār al-Bayān al-‘Arabī, 2005), 174-181. Muhammad Sa’īd Ramaḍān al-Būtī, Fiqh al-Sīrah, (Beirūt: Dār al-Fikr, 1993), 151-164.

[3] Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Oersada,2016), 37-38, dan M. Nur Rianto al-Arif, Pengantar Ekonomi Syariah; Teori dan Praktik, (Bandung: Pustaka Setia, 2015), 259.

[4] Yayasan Penyelenggara Penerjemah al-Qur’an, Mushaf al-Qur’an Terjemah, (Jakarta: al-Huda Kelompok Gema Insani, 2005), 183.

[5] ’Abū Ja’far Muhammad ibn Jarīr al-Ṭabarī, Tafsīr al-Ṭabarī: Jāmi’ al-Bayān ‘An Ta’wīli Āyi al-Qurān, Taḥqīq ‘Abd Allāh ibn ‘Abd al-Muḥsin al-Turkī, (al-Qāhirah: Dār Hajar, 2001), 11, 184.

[6] ’Abū al-Fidā’ Ismā’īl ibn ‘Umar ibn Kathīr, Tafsīr al-Qurān al-‘Aẓīm, Taḥqīq Sāmī ibn Muhammad al-Salāmah, (Riyāḍ: Dār Ṭayyibah, 1999), 4, 58-66.

[7] Muhammad ibn ‘Alī al-Shaukānī, Fatḥ al-Qadīr: al-Jāmi’ Baina Fanny al-Riwāyah Wa al-Dirāyah Min ‘Ilmi al-Tafsīr, (Riyāḍ: Maktabah al-Rushd, 2007), 2, 193-194.

[8] ’Abū al-Fidā’ Ismā’īl ibn ‘Umar ibn Kathīr, Tafsīr al-Qurān al-‘Aẓīm, Taḥqīq Sāmī ibn Muhammad al-Salāmah, (Riyāḍ: Dār Ṭayyibah, 1999), 4, 65-66.

[9] ‘Abd al-Salām Hārun, Tahdhīb Sīrah Ibn Hishām, (Beirūt: Mu’asasah al-Risālah, 2002), 118-123. Ṣafiyu al-Raḥmān al-Mubārakfūrī, al-Rahīq al-Makhtūm, (al-Madīnah: Dār al-Wafā’ dan Dār al-Bayān al-‘Arabī, 2005), 208-212.

Dikutip dari: Dr. Ghifar, Lc., M.E.I., Konsep dan Implementasi Keuangan Negara pada Masa Al-Khulafa Al-Rashidun(Cirebon: Nusa Literasi Inspirasi, 2020), 32-34.

Thumbnail Source: Photo by Haley Pexels

Artikel Terkait:
Keuangan Negara dalam Islam

TAGS
#Hukum Islam #Islam dan Keuangan Negara #Islam dan Teknologi #Islam #Keuangan Islam #Keuangan Negara dalam Islam
© 2021 BQ Islamic Boarding School, All Rights reserved
Login