Generic selectors
Exact matches only
Search in title
Search in content
Post Type Selectors

Syarat Diterimanya Ibadah

Bina-Qurani-Syarat-Diterimanya-Ibadah
Syarat Diterimanya Ibadah

Agar ibadah diterima, ia disyaratkan harus benar. Sedangkan ibadah tidak benar kecuali dengan dua syarat, yaitu Ikhlas karena Allah semata serta bebas dari syirik besar atau kecil, dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam.

1. Ikhlas Karena Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā

Syarat pertama yaitu ikhlas karena Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā adalah konsekuensi dari syahadat La Ilaha Illallah, karena ia mengharuskan ikhlas beribadah hanya kepada Allah dan jauh dari syirik kepada-Nya.

2. Sesuai dengan Tuntunan Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam

Syarat kedua atau sesuai dengan tuntunan Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam adalah konsekuensi dari syahadat Muhammad Rasulullah, karena ia menuntut wajibnya taat kepada Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam, mengikuti syariatnya, dan meninggalkan ibadah yang diada-adakan.

Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā berfirman,

بَلَى مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهُ أَجْرُهُ عِنْدَ رَبِّهِ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (112)

Artinya:

“Tidak demikian bahkan barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala di sisi Rabb-nya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah [02]: 112)

Bina-Qurani-Syarat-Diterimanya-Ibadah

Site: Bina Qurani Islamic School, Image: Syarat Diterimanya Ibadah, Source: Photo By Gizem Mat from Pexels

Aslama wajhahu atau menyerahkan diri artinya memurnikan ibadah kepada Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā. Wa huwa muhsin atau berbuat kebajikan artinya mengikuti Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam.

Syaikhul Islam megatakan bahwa inti agama ada dua pokok, yaitu kita tidak menyembah kecuali kepada Allah dan kita tidak menyembah kecuali denga napa yang Dia syariatkan, sebagaimana firman Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā,

فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا (110)

Artinya:

“Siapa mengharap perjumpaan dengan Rabb-nya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Rabb-nya.” (QS. Al-Kahfi [18]: 110)

Hal itu adalah perwujudan dari dua kalimat syahadat La ilaha illallah dan Muhammad Rasulullah. Pada syahadat yang pertama, kita tidak menyembah kecuali kepada-Nya. Pada syahadat yang kedua, bahwa Muhammad adalah utusan-Nya yang menyampaikan ajaran-Nya. Maka kita wajib membenarkan dan mempercayai beritanya serta menaati perintahnya.

Beliau telah menjelaskan bagaimana car akita beribadah kepada Allah, dan beliau melarang kita dari hal-hal baru yang tidak disyariatkan.

Dikutip dari: Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, Aqidatut Tauhid Kitabut Tauhid lis-Shaff Al-Awwal – Ats-Tsalis – Al-Aly. Edisi terjemah: Alih Bahasa Syahirul Alim Al-Adib, Lc., Kitab Tauhid, (Jakarta: Ummul Qura, 2018), 66-67.

Thumbnail Source: Photo By Malik Shibly Unsplash

Artikel Terkait:
Pilar-pilar Ibadah yang Benar

TAGS
#adab penuntut ilmu #adab sebelum ilmu #Adab #Akidah #Alquran 30 Juz #Generasi Qurani #Keutamaan Membaca Alquran #Belajar Alquran #Bina Qurani #Menghafal Alquran #Sekolah Islam #Sekolah Tahfiz
© 2023 BQ Islamic Boarding School, All Rights reserved
Login