Surat Al-Fatihah, dinamai demikian karena secara tulisan ia menjadi pembuka Alquran dan juga menjadi pembuka shalat. Ia pun dinamai sebagai Ummu Al-Kitab menurut jumhur ulama. Namun, penamaan tersebut tidak disukai oleh Anas, Al-Hasan, dan Ibnu Sirin.
Al-Hasan dan Ibnu Sirin bertaka, “Itu hanya nama untuk Al-Lauh Al-Mahfuzh.” Al-Hasan berkata, “Ayat-ayat yang muhkan itu adalah Ummu Al-Kitab.” Oleh karena itu, mereka berdua tidak suka menamai Alquran dengan Ummu Alquran.
Di dalam surat Al-Fatihah ayat pertama, Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā berfirman:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (1)
Artinya:
“Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Fatihah: 1)
Para sahabat membuka Alquran dengan kalimat basmalah ini, dan para ulama sepakat bahwa basmalah merupakan salah satu ayat dari surat An-Naml. Namun, mereka berbeda pendapat, apakah basmalah itu ayat yang menyendiri di setiap awal surat, atau apakah ia termasuk awal setiap surat yang ditulis di setiap awalnya, atau termasuk sebagian ayat dari awal setiap surat.
Atau basmalah ditulis hanya untuk pemisah dan bukan berupa ayat. Semua itu merupakan pendapat para ulama salaf dan khalaf. Di mana semua itu akan dijelaskan bukan di sini.
Site: Bina Qurani Islamic Boarding School, Image: Tafsir-Al-Fatihah Ayat 1, Source: Photo by Timur Weber Pexels
Dalam Sunan Abu Dawud dengan sanad yang shahih dari Ibnu Abbas Raḍiallāhu ‘Anhu disebutkan bahwa Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam tidak mengetahui pemisah surat sampai turunnya bismillahir Rahmanir Rahim.
Dalam Shahih Ibnu Khuzaimah terdapat riwayat daru Ummu Salamah Raḍiallāhu ‘Anhā membaca basmalah di awal Al-Fatihah dalam shalat dan menganggapnya ayat. Akan tetapi, hadits tersebut dari riwayat Halun Al-Balkhi, dan ia adalah periwayat yang dhaif, dari Ibnu Juraij, dari Ibnu Abu Malikha, dari Ummu Salamah.
Ad-Daraquthni meriwayatkan hadits yang menjadi mutabi’ (penguat) dari Abu Hurairah Raḍiallāhu ‘Anhu secara marfu’ disandarkan kepada Nabi Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam. Ad-Daraquthni pun meriwayatkan dari ‘Ali, Ibnu Abbas, dan lainnya. Dan di antara yang meriwayatkan bahwa basmalah meruppakan ayat dari setiap surat kecuali surat Bara’ah (At-Taubah) adalah Ibnu ‘Abbas, Ibnu ‘Umar, Ibnu Az-Zubair, Abu Hurirah, dan Ali Raḍiallāhu ‘Anhumā.
Sedangkan dari kalangan tabi’in adalah ‘Atha’, Thawus, Sa’id bin Jubair, Makhul, dan Az-Zuhri. Pendapat ini dipegang oleh ‘Abdullah bin Al-Mubarak, Asy-Syafi’I, Ahmad bin Hanbal dalam salah satu riwayatnya, Ishaq bin Rahawaih, dan Abu ‘Ubaid Al-Qasim bin Salam.
Site: Bina Qurani Islamic Boarding School, Image: Tafsir-Al-Fatihah Ayat 1, Source: Photo by Timur Weber Pexels
Imam Abu Muhammad ‘Abdurrahman bin Abu Hatim terkait tafsir Al-Fatihah ayat pertama, meriwayatkan dengan sanadnya dari Ibnu ‘Abbas bahwa ‘Utsman bin ‘Affan Raḍiallāhu ‘Anhu bertanya kepada Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam tentang, “Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.”
Maka Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam menjawab,
هُوَ اسْمٌ مِنْ أَسْمَاءِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ وَمَا بَيْنَهُ، وَبَيْنَ اسْمِ اللهِ الْأَعْظَمِ إِلَّا كَمَا بَيْنَ سَوَادِ الْعَيْنِ وَبَيْنَ بَيَاضِهَا مِنَ الْقُرْبِ
Artinya:
“Ia adalah nama di antara nama-nama Allah, dan di antara satu nama Allah Yang Mahabesar dengan nama-nama lainnya sangat dekat bagaikan hitam kedua bola mata dengan putihnya.”
Imam Ahmad bin Hanbal dalam Musnad-nya meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Tamimah, ia menceritakan tentang diboncengnya Nabi Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam. Lalu Nabi Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam terjatuh, maka aku berkata, “Celakalah setan.” Nabi Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam pun bersabda:
لَا تَقُلْ: تَعِسَ الشَّيْطَانُ، فَإِنَّكَ إِذَا قُلْتَ: تَعِسَ الشَّيْطَانُ، تَعَاظَمَ، وَقَالَ: بِقُوَّتِي صَرَعْتُهُ، وَإِذَا قُلْتَ: بِسْمِ اللهِ، تَصَاغَرَ حَتَّى يَصِيرَ مِثْلَ الذُّبَابِ
Artinya:
“Janganlah kamu katakan, ‘Celakalah setan.’ Maka ia pasti menjadi besar (berat) dan berkata, ‘Dengan kekuatanku, aku lawan (kalahkan) orang ini.’ Akan tetapi, jika kamu mengatakan, ‘Dengan nama Allah,’ ia pun menjadi kecil sampai seperti lalat.” (HR. Ahmad)
Site: Bina Qurani Islamic Boarding School, Image: Tafsir-Al-Fatihah Ayat 1, Source: Photo by GR Stocks Pexels
An-Nasai dalam Al-Yaum wa Al-Lailah dan Ibnu Mardawaih dalam Tafsirnya juga meriwayatkan dengan sanadnya dari Usamah bin ‘Umair dari ayahnya ia berkata, “Aku pernah membonceng Nabi Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam lalu ia menyebutkan hadits di atas, dan Nabi Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda yang Artinya:
“Janganlah kamu berkata begitu, karena setan akan menjadi besar sampai seperti rumah. Tetapi katakanlah, ‘Dengan nama Allah’, maka setan itu menjadi kecil sampai seperti lalat.” (HR. An-Nasai)
Maka ini termasuk pengaruh dari bismillah. Oleh karenanya, ia dianjurkan atau disunnahkan untuk dibaca di setiap awal perbuatan dan ucapan. Maka ia pun disunnahkan dibaca di awal khotbah, berdasar kepada sabda Nabi Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam:
كل أمرلايبدأ فيه بسم الله الرحمن الرحيم فهوأجذم
Artinya:
“Setiap perkara yang tidak dimulai dengan bismillahir Rahmanir Rahim, maka ia tidak sempurna.”
Disunnahkan juga membaca bacmalah ketika akan masuk kakus, berdasarkan adanya hadits tentang hal tersebut. Dianajurkan juga ketika akan berwudhu, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya dan yang terdapat dalam kitab-kitab Sunan dari Abu Hurairah, Sa’id bin Zaid, dan Abu Sa’id Al-Khudri Raḍiallāhu ‘Anhumā secara marfu’:
لاوضوء لمن لم يذكراسم الله عليه
Artinya:
“Tidak ada wudhu bagi orang yang tidak menyebut nama Allah padanya.” (HR. Ahmad)
Di antara para ulama bahkan ada yang mewajibkan basmalah ketika ingat, dan ada juga di antara mereka yang mewajibkannya secara mutlak. Dan basmalah disunahkan juga ketika aka menyembelih sembelihan menurut Mazhab Asy-Syafi’I dan sekelompok ulama.
Bahkan ada juga yang mewajibkannya ketika ingat, sedangkan yang lain mewajibkannya secara mutlak.
Thumbnail Source: Photo by Faseeh Fawaz Unsplash
Artikel Terkait:
Al-Isra Ayat 32