Jika engkau sedang melakukan safar kemudian mengerjakan shalat di belakang imam yang tidak engkau ketahui apakah ia akan menyempurnakan atau mengqashar shalat, maka hal seperti ini tidaklah berpengaruh bagimu. Jika ia mengqashar, ikutlah mengqashar bersamanya. Tidak perlu adanya niat tersendiri untuk mengqasahr shalat. Yang penting, berniatlah menunaikan shalat.
Ketika Nabi Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam pergi menunaikan haji, beliau mengerjakan shalat Zhuhur empat rakaat di Madinah dan mengerjakan shalat ‘Ashar dua rakaat di Dzul Hulaifah. Saat itu, umat di belakang beliau jumlahnya sangat banyak. Mereka semua hendak menunaikan haji bersama beliau, sedangkan kebanyakan di antara mereka tidak mengetahui tata cara shalat ketika safar.
Jika orang yang mukim bermakmum kepada orang yang sedang safar dan musafir tersebut mengqasahr shalat, maka wajib bagi orang yang mukim itu menyempurnakan shalatnya setelah imam salam.
Site: Bina Qurani Islamic Boarding School, Image: Tidak Disyariatkan Niat Mengqashar, Source: Photo by Meruyert Pexels
Jika engkau sedang menjadi musafir dan bermakmum kepada orang yang mukim, maka wajib bagimu menyempurnakan shalat bersama imam. Oleh karena itu apabila Ibnu Umar shalat bersama imam, ia shalat empat rakaat, dan jika shalat sendirian, ia shalat dua rakaat ketika safar.
Diriwayatkan dari Musa bin Salamah al-Hudzali, ia berkata, “Aku pernah bertanya kepada Ibnu ‘Abbas, ‘Bagaimana aku mengerjakan shalat di Makkah jika tidak shalat bersama imam?’ Ia menjawab, ‘Dua rakaat, yang merupakan Sunnah Abul Qasim Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam.’” (HR. Ahmad)
Dapat diketahui bahwa jika ia shalat bersama imam yang mukim, maka ia shalat empat rakaat.
Jika engkau sedang melakukan safar dan mengerjakan shalat di belakang imam yang mukim, dan engkau hanya mendapatkan dua rakaat saja bersamanya, maka dalam hal ini apakah ia mencukupkan diri dengan dua rakaat lalu salam ataukah harus menyempurnakan empat rakaat?
Jawabnya, jika engkau shalat di belakang imam yang mukim, berarti engkau harus menyempurnakan shalat empat rakaat. Disebutkan dari Abu Mijlaz bahwa ia berkata, “Aku pernah bertanya kepada Ibnu ‘Umar, ‘Orang yang musafir mendapatkan dua rakaat shalat orang-orang yang mukim, apakah dua rakaat itu cukup baginya atau ia harus menyempurnakan shalat seperti mereka?’” Ia berkata, “Ibnu ‘Umar tertawa dan berkata, ‘Hendaklah ia mengerjakan shalar seperti shalat mereka.’” (HR. Al-Baihaqi)
Site: Bina Qurani Islamic Boarding School, Image: Tidak Disyariatkan Niat Mengqashar, Source: Photo by M Burrows Pexels
Disebutkan dari Ibnu ‘Umar bahwa ia berkata, “Aku pernah menemani Nabi Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam, tetapi aku tidak melihat beliau mengerjakan shalat sunnah ketika safar.
Kata Ibnu Umar melihat orang-orang melakukan shalat sunnah ketika ia berkata, “Seandainya aku melakukan shalat sunnah, niscaya aku menyempurnakan empat rakaat.” (HR. Muslim)
Ini menunjukkan bahwa shalat sunnah nafilah selain sunnah fajar tidak dikerjakan ketika safar. Adapun shalat sunnah mutlak, tidak mengapa dikerjakan. Hal ini berdasarkan hadits Ibnu ‘Umar yang menyebutkan bahwa Rasulullah mengerjakan shalat sunnah di atas kendaraannya kea rah mana saja kendaraannya itu menuju, beliau berisyarat dengan kepala beliau, dan Ibnu Umar pun melakukan hal yang sama.” (HR. Bukhari)
Dikutip dari: Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim, Fiqhus Sunnah Lin Nisa’ Wama Yajibu an Ta’rifahu Kullu Muslimatin min Ahkam. Edisi terjemah: Alih Bahasa M. Taqdir Arsyad, Fikih Sunnah Wanita Panduan Lengkap Wanita Muslimah, (Bogor: Griya Ilmu, 2019), 196-198.
Thumbnail Source: Photo by Steven Pexels
Artikel Terkait:
Shalat Bagi Musafir