Puasa adalah ibadah yang dilakukan dengan menahan diri dari hal-hal yang dapat membatalkan puasa itu sendiri. Dimulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari.
Puasa di bulan Ramadhan merupakan kewajiban yang harus dikerjakan oleh setiap muslim. Kewajiban puasa ini Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā khususkan bagi kaum muslimin yang telah mencapai usia dewasa atau baligh, aqil atau berakal, dalam keadaan sehat, dan bermukim, yakni tidak sedang dalam perjalanan jauh atau safar.
Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā mewajibkan puasa di bulan Ramadhan melalui firman-Nya di dalam Alquran yang berbunyi:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (183)
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)
Puasa adalah syariat dimana seorang muslim wajib meninggalkan apa-apa yang Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā sampai ia berbuka, sehingga ia meraih predikat orang-orang yang bertakwa di sisi Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā.
Lalu apa saja yang membatalkan puasa? Apa saja yang harus kita tinggalkan agar puasa kita diterima oleh Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā? Berikut kami tuliskan beberapa hal yang membatalkan puasa. Simak penjelasannya di bawah ini!
Site: Bina Qurani Islamic Boarding School, Image: Yang Membatalkan Puasa, Source: Photo by Rauf Alvi Unsplash
Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat menjadi pembatal ibadah seorang muslim:
Salah satu hal yang membatalkan puasa adalah memiliki niat untuk membatalkan puasanya tersebut. Jika seseorang yang sedang dalam keadaan berpuasa, kemudian dia berniat dengan tekad bulat untuk membatalkan puasa secara sengaja, dan dalam keadaan ingat sedang berpuasa, maka puasanya batal. Meskipun saat itu ia tidak dalam keadaan makan dan minum.
Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam:
وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
Artinya:
“Setiap orang hanyalah mendapatkan apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari)
Di antara hal yang membatalkan puasa berdasarkan kesepakatan para ulama adalah makan dan minum dengan sengaja.
Makan dan minum yang dimaksud adalah memasukkan apa saja ke dalam tubuh melalui mulut. Baik yang dimasukkan tersebut adalah sesuatu yang bermanfaat, seperti roti, susu atau makanan lainnya. Maupun sesuatu yang yang justru membahayakan dan diharamkan seperti khamr dan rokok. Atau sesuatu yang tidak ada nilai manfaat atau bahaya.
Termasuk juga dikatakan sebagai makan dan minum adalah injeksi makanan melalui infus. Jika seseorang yang sedang berpuasa kemudian diinfus, maka batallah puasanya. Karena, injeksi atau infus dihukumi sama dengan makan dan minum.
Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā berfirman:
وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ
Artinya:
“Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa sampai datang malam.” (QS. Al-Baqarah: 187)
Namun, bagi orang yang lupa, keliru atau dipaksa makan, maka puasanya tidaklah batal. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam:
إِذَا نَسِيَ فَأَكَلَ وَشَرِبَ فَلْيُتِمَّ صَوْمَهُ فَإِنَّمَا أَطْعَمَهُ اللهُ وَسَقَاهُ
Artinya:
“Apabila seseorang makan dan minum dalam keadaan lupa, maka hendaklah dia tetap menyempurnakan puasanya karena Allah telah memberi dia makan dan minum.” (HR. Bukhari Muslim)
Site: Bina Qurani Islamic Boarding School, Image: Yang Membatalkan Puasa, Source: Photo by Philippa Pexels
Khusus bagi seorang wanita, apabila ia mengalami haidh atau nifas di tengah-tengah waktu berpuasanya. Baik di awal atau di akhir hari ia berpuasa, maka batallah puasanya. Apabila ia tetap melanjutkan untuk berpuasa, maka puasanya tidaklah sah.
Keluarnya darah haidh dan nifas merupakan hal yang membatalkan puasa berdasarkan kesepakatan para ulama. Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
أَلَيْسَ إِذَا حَاضَتْ لَمْ تُصَلِّ وَلَمْ تَصُمْ قُلْنَ بَلَى قَالَ فَذَلِكِ مِنْ نُقْصَانِ دِينِهَا
Artinya:
“Bukanlah kalau wanita tersebut haidh, dia tidak shalat dan tidak juga menunaikan puasa?” Para wanita menjawab, “Betul.” Lalu beliau Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam menjawab, “Itulah kekurangan agama wanita.” (HR. Bukhari)
Muntah dengan sengaja dapat membatalkan puasa seseorang. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam:
مَنْ ذَرَعَهُ قَىْءٌ وَهُوَ صَائِمٌ فَلَيْسَ عَلَيْهِ قَضَاءٌ وَإِنِ اسْتَقَاءَ فَلْيَقْضِ
Artinya:
“Barangsiapa yang dipaksa muntah sedangkan dia dalam keadaan puasa, maka tidak ada qodho’ baginya. Namun apabila dia muntah dengan sengaja maka wajib baginya membayar qodho’.” (HR. Abu Daud)
Mengeluarkan mani dengan sengaja tanpa adanya hubungan jima’, seperti mengeluarkannya dengan tangan, dengan cara menggesekkan kemaluan pada perut atau paha, maupun dengan cara disentuh atau dicium termasuk hal yang dapat membatalkan puasa.
Batalnya puasa karena hal ini mewajibkan pelakunya untuk mengqdho’, tanpa menunaikan kafaroh.
Jika seseorang mencium istri dan keluar mani, maka puasanya batal. Namun jika tidak keluar mani, puasanya tidak batal. Adapun jika sekali memandang istri, lalu keluar mani puasanya tidak batal. Sedangkan jika sampai berulang kali memandangnya lalu keluar mani, maka batallah puasanya.
Site: Bina Qurani Islamic Boarding School, Image: Yang Membatalkan Puasa, Source: Photo by Naim Pexels
Hal terakhir yang dapat membatalkan puasa seseorang adalah berjima’ di waktu siang hari. Berjima’ dengan pasangan adalah hal yang halal, namun apabila dilakukan di siang hari pada bulan Ramadhan maka dapat membatalkan puasa.
Seseorang yang batal puasanya karena bersetubuh di siang hari wajib mengqodho’ dan menunaikan kafaroh. Namun jal ini berlaku jika memenuhi dua syarat, yaitu:
Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
يْنَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ جَاءَ رَجُلٌ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ هَلَكْتُ. فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «وَيْلَكَ , مَا لَكَ» , قَالَ: ” وَقَعْتُ عَلَى امْرَأَتِي , وَأَنَا صَائِمٌ فِي رَمَضَانَ. فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «فَهَلْ تَجِدُ رَقَبَةً تُعْتِقُهَا؟» فَقَالَ: لَا. [ص:61] فَقَالَ: «فَهَلْ تَسْتَطِيعُ أَنْ تَصُومَ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ؟» قَالَ: لَا وَاللهِ يَا رَسُولَ اللهِ. قَالَ: «فَهَلْ تَجِدُ طَعَامَ سِتِّينَ مِسْكِينًا؟» قَالَ: لَا يَا رَسُولَ اللهِ , فَسَكَتَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَبَيْنَا نَحْنُ عَلَى ذَلِكَ , أُتِيَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِعَرْقٍ فِيهِ تَمْرٌ , وَالْعَرْقُ: الْمِكْتَلُ. فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَيْنَ السَّائِلُ آنِفًا؟ خُذْ هَذَا فَتَصَدَّقْ بِهِ» . فَقَالَ الرَّجُلُ: أَعَلَى أَهْلٍ أَفْقَرَ مِنِّي يَا رَسُولَ اللهِ؟ فَوَاللهِ مَا بَيْنَ لَابَتَيْهَا يُرِيدُ الْحَرَّتَيْنِ أَفْقَرُ مِنْ أَهْلِ بَيْتِي. فَضَحِكَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى بَدَتْ أَنْيَابُهُ ثُمَّ قَالَ: «أَطْعِمْهُ أَهْلَكَ
Artinya:
“Suatu hari kami duduk-duduk di dekat Nabi Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam kemudian datanglah seorang pria menghadap beliau Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam. Lalu pria tersebut mengatakan, ‘Wahai Rasulullah, celakalah aku.’ Nabi Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam berkata, ‘Apa yang terjadi padamu?’ Pria tadi lantas menjawab, ‘Aku telah menyetubuhi istri, padalah aku sedang puasa.’ Kemudian Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam bertanya, ‘Apakah engkau memiliki seorang budak yang dapat engkau merdekakan?’ Pria tadi menjawab, ‘Tidak.’ Lantas Nabi Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam bertanya lagi, ‘Apakah engkau mampu berpuasa dua bulan berturut-turut?’ Pria tadi menjawab, ‘Tidak.’ Lantas beliau Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam bertanya lagi, ‘Apakah engkau dapat memberi makan kepada 60 orang miskin? Pria tadi juga menjawab, ‘Tidak.’ Abu Hurairah berkata, Nabi Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam lantas diam. Tatkala kami dalam kondisi demikian, ada yang memberi hadiah satu wadah kurma kepada Nabi Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam. Kemudian beliau Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam berkata, ‘Dimana orang yang bertanya tadi?’ Pria tersebut lantas menjawab, ‘Ya, Aku’. Kemudian beliau Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam mengatakan, ‘Ambillah dan bersedekah dengannya.’ Kemudian pria tadi mengatakan, ‘Apakah akan aku berikan kepada orang yang lebih miskin dariku, wahai Rasulullah? Demi Allah, tidak ada yang lebih miskin di ujung timur hingga ujung barat kota Madinah dari keluargaku.’ Nabi Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam lalu tertawa sampai terlihat gigi taringnya. Kemudian beliau Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam berkata, ‘Berilah makanan tersebut pada keluargamu’.” (HR. Bukhari Muslim)
Demikianlah beberapa hal yang dapat membatalkan puasa seseorang.
Thumbnail Source: Photo by Rachael Unsplash
Artikel Terkait:
Hukum Puasa Ramadhan dan Keutamaannya